Lihat ke Halaman Asli

Nadia Farah

Mahasiswa

Kamu Ngomong Apasih Dek?

Diperbarui: 1 Desember 2016   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi pagi ketika aku tahsin (salah satu program di universitasku) si Elma anak guruku mengajakku untuk melihat salah satu video di youtube. Namun aku tak mengerti apa yang ia maksud, dia mengatakan kepadaku “mbak punya youtube? Mau poli” kita sebagai orang dewasa pasti akan bingung untuk mengartikan hal ini,ketika aku bertanya “poli itu apa?” lalu dia mengatakan bahwa “poli itu yang nolongin orang” dari sini aku mulai faham bahwa Elma ingin melihat video di youtube tentang kartun Robocar poli. Setelah itu iya berbicara sendiri dengan bahasanya sampai aku berkata “kamu ngomong apasih dek?”

Elma adalah seorang anak yang berusia tiga tahun, usia ini masuk ke dalam usia pra-operasional. Pada usia ini anak mulai dapat menggunakan representasi mental (kata, angka, gambar) untuk menunjukkan imitasi yang ditunda. Anak pada usia ini dapat menggunakan 900 sampai 1000 kata dan mengucapkannya 1200 perhari. Mereka dapat mengembangkan kosakata yang mereka dapatkan dengan cepat karena mereka melakukan pemetaan kilat (fast mapping) , hal ini memungkinkan seorang anak dapat menyerap kata dari kosakata baru setelah satu atau dua kali mendengarnya dalam percakapan. Nama objek akan lebih mudah dipetakan ketimbang nama tindakan(kata kerja) yang konkretivitasnya lebih rendah. 

Pada masa kanak-kanak awal, anak mulai mengombinasikan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, hal ini terus berkembang sepanjang masa ini. Pada usia 3 tahun anak biasanya sudah menggunakan kata jamak, kata lampau dan kata milik serta mulai mengerti perbedaan antara saya , kamu dan kita. Namun, secara umum kalimat yang mereka ucapkan cenderung pendek dan sederhana bahkan seringkali mereka meninggalkan kata-kata kecil. Sebagian besar kata yang mereka lontarkan adalah kata deklaratif (“Elma ingin jajan”), mereka juga lebih mudah untuk melontarkan kata apa dan dimana daripada kata mengapa dan dimana.

Dengan peningkatan pada pelafalan dan tata bahasa, orang lain akan semakin mudah menangkap apa yang diucapkan seorang anak  sebagian besar anak usia tigavtahun bersifat taklatif dan menaruh perhatian pada efek perkataan mereka di diri orang lain. Jika orang yang diajak berbicara tidak dapat memahami apa yang Ia katakan, maka mereka akan mencoba untuk menjelaskannya lagi. 

Anak usia tiga sampai empat tahun terlibat dalam “crib talk” (percakapan yang meniru) mereka juga suka bermain dengan suara dan kata, hal ini terbukti ketika aku bertanya “Elma sedang apa? “ dengan suara mirip tokoh kartun sinchan, dia menjawab “Elma liat youtube” dengan suara yang di buat-buat. Selain itu elma juga sering ngomong sendiri, menurut piaget dan vygotsky anak yang berbicara sendiri berarti mereka telah mengintegrasikan bahasa dengan pikiran. 

Menurut piaget hal ini terjadi karena naka bersifat egosentris, mereka belum mampu untuk mengenali sudut pandang orang lain jadi anak belum tidak dapat berkomunikasi penuh makna. Akan tetapi Vygotsky tidak melihat bahwa berbicara sendiri sebagai egosentris, vygotsky beranggapan bahwa berbicara sendiri merupakan salah satu bebtuk komunikasi anak yang berfungsi untuk melayani fungsi sangat penting dalam transisi sosial anak dan bicara dalam hati. 

Memahami arti penting bicara sendiri memiliki implikasi praktis terutama dalam sekolah (Berk, 1986a). Berbicara kepada diri sendiri atau berkomat kamit seharusnya tidak dianggap sebgaai perilaku yang menyimpang; seorang anak mungkin sedang bergulat dengan sebuah masalah dan mungkin butuh untuk “menyuarakan” pemikirannya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline