Lihat ke Halaman Asli

Riana Sitorus

Penulis Amatiran

Begal, Sweeping, dan Geng Motor yang Meresahkan Warga Palembang

Diperbarui: 11 Februari 2022   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Palembang. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Ryan Zulqudsie

Selama 24 tahun bisa menghirup udara di dunia, baru kali ini aku mendengar istilah sweeping. Baru kali ini, setelah aku merantau ke kota Palembang. Baru-baru ini warga Palembang diresahkan kembali dengan adanya sweeping

Aku sendiri kurang paham apa maksudnya, tetapi dari berita yang kubaca, orang-orang yang melakukan sweeping ini akan melukai korban secara acak dengan menggunakan benda-benda tajam seperti samurai, parang, celurit, dan lain-lain. Maka dari itu aku langsung menyimpulkan berdasarkan makna sebenarnya, 'menyapu' orang-orang yang tidak bersalah di jalanan. Intinya sweeping ini adalah suatu tindak kejahatan.

Kira-kira apa hubungannya sweeping dengan begal? Kalau menyakiti korban hanya untuk mendapatkan eksistensi di lingkungan, aku pernah mendengar istilah lainnya di kota Yogyakarta. 

Warga sana menyebutnya "klitih" alias keliling golek getih yang berasal dari bahasa Jawa dan dapat diartikan sebagai keliling mencari darah. Mungkin sweeping ini hampir mirip dengan klitih. Sayangnya, beberapa kasus sweeping yang terjadi adalah menggunakan modus-modus tertentu dan berakhir dengan mengambil harta korban. Lantas apa bedanya dengan begal?

Sebagai contoh kasus yang paling dekat denganku, temanku sendiri mengalami pengejaran dari anggota geng motor yang melakukan sweeping. Dengan beramai-ramai menggunakan sepeda motor yang tergolong mewah, mereka berusaha untuk menebas korban dengan menggunakan benda tajam yang memang tidak sungkan untuk mereka pamerkan di jalanan saat berboncengan. 

Akhirnya sampai di dekat lorong terdekat, temanku tersebut menjatuhkan diri dan berusaha lari sesegera mungkin ke lorong tersebut dan meninggalkan sepeda motornya di pinggir jalan agar terhindar dari pengejaran. Dan tentu saja sudah pasti motornya raib bersama mereka. Lantas aku masih mempertanyakan apa beda mereka dengan pelaku pembegalan.

Contoh kasus lainnya, karena memang anggota sweeping ini cukup banyak, ada yang membuat modus seperti sedang tawuran, sehingga warga sekitar yang mengamankan akan menjadi sasaran mereka untuk dilukai. 

Ada lagi kasus yang aku baca dari berita resmi, bahwa mereka membuat modus seperti terjatuh di jalan saat berboncengan, lalu saat korban berhenti dan hendak menolong, mereka malah memanggil rombongan mereka yang lainnya dan langsung menebas korban mereka di bagian mana saja yang sanggup mereka jangkau. Miris. 

Mereka melakukannya dengan ringan dan tidak ada ampun. Tidak sedikit korban yang mengalami dan berakhir meninggal atau dirawat di rumah sakit dengan keadaan yang cukup parah. Targetnya pun tidak peduli apakah itu orang tua yang sudah renta maupun anak-anak muda yang setara mereka.

Saking banyaknnya korban yang diberitakan, ini semakin membuat resah warga asli Palembang, apalagi aku yang hanya pendatang. Bukan karena ingin keluar di malam hari, tapi memang tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk pulang malam, membuat hati harap-harap cemas saat perjalanan pulang. 

Karena was-was, sering sekali saat mengendarai motor atau sedang dibonceng, dengan sigap untuk mengecek kanan-kiri dan belakang saat ada motor yang lewat. Kalau bahasa kerennya jadi parnoan. Tentu hal ini sangat mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Tidak sedikit yang mengeluhkan kejadian ini di media sosial dengan menandai akun-akun pihak berwajib untuk segera menangkap pelaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline