Lihat ke Halaman Asli

Eid Al-Fitr 1437H: Menjadi Muslim yang Sesungguhnya

Diperbarui: 7 Juli 2016   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang Shalat Ied 1 Syawal 1437 H (6 Juli 2016) di salah satu taman di Sapporo

Eid Mubarak for brother and sister around the world

Selamat Idul Fitri rekan-rekan semua. Dari lubuh hati terdalam saya mohon dimaafkan segala kesalahan yang pernah diperbuat baik sengaja maupun tidak. 

Mohon maaf lahir dan batin. Semoga amal ibadah Ramadhan kita sebulan lalu diterima Allah SWT, dijauhkan dari api neraka-Nya, dan kita dipertemukan lagi dengan Ramadahan tahun-tahun mendatang karena izin dan ridho-Nya. 

Idul Fitri… 

Sudah Idul Fitri ke-berapakah tahun ini dalam hidup kita? Ke-25,26,27,30, atau mungkin lebih. Ya, itulah, betapa bahagianya kita yang memang telah terlahir sebagai seorang Islam. Lahir dari orang tua yang beragama Islam, hidup di keluarga yang Islami. Suatu hal yang seharusnya merupakan suatu kebahagiaan namun kadang kita lupa akan kebahagiaan dan kenikmatan menjadi seorang muslim dan merasakan arti besar Ramadhan serta Idul Fitri itu sendiri.

Tapi,  Idul Fitri tahun ini menjadi lain bagi salah seorang teman kita, sebutlah namanya Said (bukan nama lahir). Ia masih duduk di bangku sarjana, Teknik Mesin.  Said terlahir sebagai seorang Jepang, dan jelas Ia bukanlah seorang Muslim. Bagi Said, ini adalah Idul Fitri pertamanya, di mana Said dapat merasakan euforianya bersama keluarga muslimnya. Di Sapporo, sebuah kota Jepang bagian utara. 

Suatu hal mengejutkan terjadi tepat satu minggu sebelum Ramadhan, ketika seorang Jepang tersebut datang ke masjid di hari Jumat, dan berkata pada Jamaah shalat Jumat saat itu. “I want to convert Islam.” Sontak, seluruh isi masjid terkaget. 

Di saat, nama Islam sedang tercoreng-moreng oleh aksi-aksi tidak bertanggung jawab mengatasnamakan Islam, di saat nama Islam sedang dikaitkan dengan banyak isu-isu yang sebenarnya jauh di luar akidah Islam itu sendiri, seorang Jepang tiba-tiba menyatakan dirinya ingin menjadi mualaf (berpindah dari non-muslim ke Muslim). 

Siang itu, di Jumat yang penuh barokah, Said mengucapkan dua kalimat syahadat dibimbing seorang rekan dan disaksikan oleh jamaah lainnya. Alhamdulillah, seorang pemuda telah datang, berpindah, telah berhijrah ke jalan Allah SWT. 

Tapi, lantas apa yang terjadi setelahnya? Said seperti menampar wajah-wajah mereka yang terlahir sebagai Islam. Mengerjakan shalat 5 waktu di masjid hampir setiap saat, menunaikan ibadah puasa di tahun pertamanya tanpa bocor, mengerjakan tarawih 30 hari tanpa tercecer satu pun, hingga mengerjakan qiyamul Lail bersama di 10 malam terakhir tanpa kenal lelah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline