Lihat ke Halaman Asli

natasya maulidaandini

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Sastrawan Indonesia dan Karyanya pada Periode Reformasi

Diperbarui: 26 Mei 2022   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Munculnya sastra periode reformasi ditandai dengan banyaknya karya-karya sastra modern, seperti puisi,cerpen, dan novel yang bertema sosial politik. Banyak penyair-penyair yang yang semulanya jauh dari tema sosial politik, kemudian ikut meramaikan dan membuat karya sastra.

Tokoh dan karya sastrawan pada periode reformasi yaitu sebagai berikut:

1. Ahmadun Yosi Herfanda

Beliau lahir di Kaliwungu, kendal, 17 Januari 1958. Pendidikan beliau yaitu Alumnus FEBS IKIP Yogyakarta dengan menyelesaikan S2 di jurusan Magister Teknologi Informasi di Universitas Paramadina Mulia, Jakarta 2005. Ia juga pernah menjadi ketua III Himpuan Sarjana Kesastraan Indonesia (1993-1995) dan ketua Presedium Komunitas Sastra Indonesia (1992-2002), tahun 2003 bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana menerbitkan Creative Writing Institute. Ahmadun Pernah menjadi Anggota Dewan Penasihat Majelis penulis Forum Lingkar Pena.

Beberapa karya dari beliau yaitu ladang hijau (Eska Publishing, 1980), sang matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984), Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986), Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990), Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997).

2. Acep Zamzam Noor

Beliau lahir di Tasik pada tanggal 28 Februari 1960. Beliau berasal dari etnis Sunda dan dibesarkan dalam lingkungan kehidupan pesantren itu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup beragam. Pendidikan yang pernah dilaluinya, antara lain, adalah Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, SMA di Jakarta (tamat 1980), menjadi santri di Pondok Pesantren As-Syafi'iyah, Jakarta, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB (tamat 1987), serta Universita' Italiana per Stranieri, Perugia, Italia (1991---1993). Sebelum berkuliah di ITB, ia pernah tercatat sebagai mahasiswa STSRI "ASRI" Yogyakarta, jurusan seni lukis, tetapi mengundurkan diri. Beliau juga pernah bekerja di berbagai media massa cetak, antara lain harian Pikiran Rakyat. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di berbagai media massa cetak, antara lain Pikiran Rakyat, Horison, Kalam, Dewan Sastra, Republika, Kompas, dan Media Indonesia.

            Beberapa karya dari beliau yaitu Tamparlah Mukaku! (kumpulan sajak, 1982), Aku Kini Doa (kumpulan sajak, 1986), Kasidah Sunyi (kumpulan sajak, 1989), The Poets Chant (antologi, 1995), Aseano (antologi, 1995), Kota Hujan (1996), A Bonsai's Morning (antologi, 1996), Di Luar Kota (1997), Di atas Umbria (1999).

3. Korrie Layun Rampan

Beliau lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, pada tanggal 17 Agustus 1953. Beliau berasal dari keluarga pegawai negeri ayahnya bernama Paulus Rampan, pensiunan tentara berpangkat sersan. Ibunya bernama Reinhay Rampan. Pendidikan beliau dimulai dari SD yang hanya ditempuh selama empat tahun. Beliau  lulus SD tahun 1964. Oleh karena prestasinya yang baik, Korrie mendapat beasiswa dari Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Timur untuk bersekolah di SMP hingga perguruan tinggi. Setelah lulus SMA di Samarinda tahun 1970, beliau juga melanjutkan studi ke Yogyakarta. Mula-mula ia memilih Jurusan Keuangan dan Perbankan sampai sarjana muda, kemudian beralih ke Fakultas Sosial Politik, Universitas Gadjah Mada.

Beberapa karya dari beliau yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985), Matahari Makin Memanjang(1986), Perhiasan Matahari(1989), Manusia Langit (1997), Sebuah Pembicaraan (1982), Nyanyian Tanah Air (1981).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline