Lihat ke Halaman Asli

Potret Menyedihkan Wartawan Bodrex

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13776004731808672527

[caption id="attachment_283725" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Koleksi Pribadi"][/caption]

Mungkin tak ada yang percaya, tapi dua orang dalam foto di atas mengaku sebagai wartawan dari media massa. Sekitar pukul 3 sore tadi mereka datang ke rumahku, dan mengaku wartawan koran METRO JATIM, koran yang baru kali ini kudengar namanya.

Mereka tak ada bedanya dari wartawan bodrex yang datang beberapa hari lalu. Tadinya aku berniat tidak ijinkan mereka masuk rumah, tetapi karena ternyata kedua orang ini satu kampung denganku, terpaksa aku ijinkan.

Tidak seperti wartawan SUMBER MEDIA yang main todong tempo hari, kedua orang ini bersikap sopan layaknya tamu pada umumnya. Maklum mereka tetanggaku sendiri meski selama ini tidak kenal dekat. Mereka menunjukkan kartu identitas kewartawanan, meski entah asli dari PWI atau abal-abal. Yang paling penting bagiku mereka tak keberatan aku foto, sehingga dapat aku share di laman ini.

Aku memang berharap bertemu orang LSM/Wartawan seperti ini lagi, karena sepertinya menarik juga mempelajari kehidupan mereka. Dalam waktu dekat aku berharap dapat meneliti komunitas seperti ini untuk kepentingan akademis.

Layaknya wartawan sungguhan, semula mereka bilang hendak menyelidiki kasus yang terjadi di lingkungan dinas Sosial di daerahku. Mereka menduga kasus itu ada hubungannya dengan bantuan sosial dari bupati yang diberikan kepada panti-panti asuhan/sosial.

Aku memang mendengar ada kasus itu, tetapi dari cerita istriku dan beberapa kawan, kasus yang dipersoalkan kejaksaan itu tak ada hubungannya dengan bantuan sosial yang diterima panti sosial. Ada kasus lebih besar yang menyebabkan dinas sosial menjadi sorotan LSM dan kejaksaan.

Meski demikian, perkumpulan panti-panti sosial di daerahku, termasuk yang dikelola oleh keluarga istriku, siap mengembalikan bantuan itu bila memang menyalahi prosedur. Apalagi selama ini panti-panti sosial swadaya tersebut tetap berjalan baik ada atau tanpa ada bantuan dari pemerintah.

[caption id="attachment_283735" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: Koleksi Pribadi"]

13776082941055839573

[/caption]

Akibat kasus yang menjerat dinas sosial itulah berbagai bentuk bantuan sosial yang telah dikucurkan turut diekspose. Informasi itu dimanfaatkan oleh berbagai LSM dan media-media lokal untuk mencari keuntungan. Mereka mendatangi panti-panti sosial yang mendapat bantuan dari pemerintah untuk “meminta jatah”..

Orang yang mengaku wartawan METRO JATIM siang tadi tampaknya tak terlalu tertarik untuk bicara soal kasus itu. Kami hanya sedikit membahas kasus dinas sosial ataupun bantuan sosial itu, sebab sepertinya mereka juga tidak punya cukup data soal kasus itu. Kami lebih banyak bicara soal lain, dan tak terkecuali kehidupan orang-orang seperti itu.

Seperti dugaan awalku, pada dasarnya mereka hanya mau minta uang. Benar juga, akhirnya mereka memang minta uang dengan dalih meminta pasang iklan yang tidak perlu di medianya, seperti iklan ucapan selamat hari raya atau selamat HUT kemerdekaan.

Karena tidak merasa perlu pasang iklan, aku kasih saja mereka uang. Hitung-hitung bantu tetangga yang kesusahan, dan upah karena mereka mau aku foto. “Nggak perlu iklan. Ini buat beli bensin saja” Jawabku sambil menyodorkan 2 lembar uang 50 ribuan.

Tak kusangka wajah mereka begitu berbinar dan berulang kali bilang terima kasih dengan pemberian uang yang tak seberapa itu. Dari situ, aku mulai lebih mengenal mereka yang pada dasarnya bukan wartawan sesungguhnya. Mereka hanya pengangguran yang berkedok media untuk keuntungan dirinya sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline