Lihat ke Halaman Asli

Nanang A.H

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pemerhati dan Aktivis Sosial

Indonesia Darurat TBC: Tantangan di Balik Target Eliminasi 2030

Diperbarui: 20 Mei 2025   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dalam jumlah kasus TBC di dunia, setelah India. (Foto Preepik)

 

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyakit menular paling mematikan di Indonesia. Berdasarkan laporan WHO Global Tuberculosis Report 2023, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dalam jumlah kasus TBC di dunia, setelah India. Setiap tahun, lebih dari 1 juta kasus baru ditemukan, dan sekitar 134 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.

Fakta ini menunjukkan bahwa TBC bukan sekadar masalah medis, tetapi juga isu sosial dan ekonomi yang kompleks. Meskipun pemerintah menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030, banyak tantangan besar yang masih menghambat pencapaian tersebut.

Mengapa TBC Masih Merajalela di Indonesia?

1. Deteksi Kasus Masih Belum Maksimal

Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa pada 2023, sekitar 78% kasus TBC berhasil ditemukan. Artinya, 22% sisanya masih tersembunyi dan berpotensi menularkan ke orang lain tanpa disadari. Rendahnya cakupan deteksi ini diperparah oleh terbatasnya akses terhadap fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil.

2. Stigma Sosial yang Menghambat Penyembuhan

Banyak penderita TBC merasa takut untuk memeriksakan diri karena khawatir dikucilkan. Padahal, TBC bisa disembuhkan secara total jika ditangani sejak dini. Minimnya edukasi publik membuat stigma ini terus bertahan di masyarakat.

3. Ketimpangan Layanan Kesehatan

Ketersediaan alat diagnosis canggih seperti GeneXpert masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Di banyak wilayah, diagnosis TBC masih bergantung pada pemeriksaan dahak manual, yang sering kali kurang akurat.

Target Eliminasi TBC 2030: Bisa Tercapai?

Pemerintah telah menyusun peta jalan eliminasi TBC 2030 melalui peningkatan deteksi kasus, pengobatan efektif, dan penguatan sistem kesehatan. Namun, sebagian besar program TBC nasional masih bergantung pada pendanaan donor asing, seperti dari Global Fund dan Stop TB Partnership.

Tanpa dukungan anggaran nasional yang kuat, upaya eliminasi ini berisiko tidak berkelanjutan. Selain itu, pendekatan yang hanya fokus pada sisi medis tidak cukup. Diperlukan strategi multisektor yang menyentuh aspek sosial, ekonomi, hingga lingkungan.

Solusi Konkret Mengatasi Wabah TBC

Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk mempercepat eliminasi TBC di Indonesia:

Perluasan Deteksi Dini Berbasis Komunitas 

Libatkan kader kesehatan dan tokoh lokal untuk menjangkau kelompok berisiko tinggi.

Pemerataan Alat Diagnosis Modern 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline