Lihat ke Halaman Asli

Pengimporan Barang Guna Meminimalisir Kegiatan Komunikasi Internasional

Diperbarui: 25 September 2018   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari kebutuhan sekunder, tersier, sampai primer masyarakat Indonesia merupakan konsumen barang-barang dari luar negri. Maka dari itu tidak salah brand mobil Toyota memasuki Indonesia sebagai konsumen terlaris dari jumlah 49 negara. Contoh lain sepatu Converse, Vans, Adidas, Fila, dan lain-lain merupakan brand sepatu yang paling diminati dan dipakai sehari-hari oleh muda-mudi kita ini. 

Beberapa ibu-ibu yang ada dilingkungan kosan saya juga jika membeli barang Indonesia yang terbilang standar, akan tetapi mereka merasa tidak pantas untuk membeli barang lokal yang menurutnya harus dipatok harga murah. 

Apakah itu sepadan dengan mereka menjunjung tinggi barang impor dengan harga mahal dan mampu membelinya. Hanya karena barang lokal tidak mendunia membuat mereka berpikir barang lokal harus murah dari barang impor. 

Jangankan sepatu, makanan pokok kita seperti nasi pun kita impor dari luar negri, jika kita telusuri, tanah Indonesia merupakan lahan pertanian yang luas, subur, dan banyak menjadi buruh tani. Akan tetapi hal itu tetap membuat kita mengimpor beras dari luar negri yaitu Thailand. Dengan kebiasaan ini membuat Indonesia akan menjadi negara konsumen.

Pengimporan barang-barang ini merupakan salah satu komunikasi internasional. Sebelumnya saya akan memaparkan apa itu komunikasi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, atau  hubungan. Sedangkan internasional merupakan menyangkut lebih dari satu negara.

Dalam arus informasi yang mengenalkan barang-barang impor dari luar negri melalui media sosial, department store official, bentuk iklan-iklan yang dipasang baliho-baliho lampu merah, dan lain-lain. Seperti yang dipaparkan oleh Schramm mengemukakan bahwa arus informasi antarbangsa pada hakikatnya dikendalikan oleh tiga kenyataan ekonomis:

  1. Pemilahan pusat pertukaran ekonomi antarbangsa (the ownership of the great avenues of exchange agencies).
  2. Pemilikkan kemudahan-kemudahan telekomunikasi sambungan lintas jarak jauh (the ownership of long distance telecomunication facilities).
  3. Pemusatan kekayaan, teknologi, dan kekuasaan pada beberapa negara maju (the concentration of wealth, technology and power in a few highly developed nations). (Dedy, dkk dalam Komunikasi Internasional, 1993 : 291)

Kecendrungan masyarakat Indonesia yang menggunakan barang-barang impor ini, karena beberapa barang lokal tidak mencantumkan nomor customer care ataupun tidak mencantumkan garansi dalam produknya. Hal ini dapat dijadikan evaluasi dalam memproduksi barang-barang lokal supaya dapat bersaing dengan barang-barang impor.

Dalam artikel yang ditulis dalam website sbm.binus.ac.id memaparkan bahwa dampak yang ditimbulkan akibat kurangnya minat akan produk dalam negeri yaitu:

  1. Produksi nasional menurun (Khususnya produk usaha kecil dan menengah).
  2. Pembangunan terhambat.
  3. Lapangan kerja semakin sedikit.
  4. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi dimana-mana.
  5.  Pengangguran meningkat.
  6.  Kesejahteraan masyarakat memburuk.

Oleh karena itu kita masyarakat Indonesia memegang peran penting dalam merubah negara konsumen menjadi negara produsen. Karena dapat berimbas dari masyarakat kita yaitu memburuknya kesejahteraan bangsa. 

Bercermin dengan manusia nomor satu di Indonesia yaitu pak Jokowi juga memakai barang lokal, maka dari itu alangkah baiknya kita ikut mendukung dengan menggunakan barang lokal, dan menggurangi pembelian barang impor. Dengan itu merupakan solusi meminimalisasi produk barang impor, dalam artikel sbm.binus.ac.id juga memaparkan solusinya yaitu perketat pengawasan dana asing yang masuk ke negeri ini. 

Jangan sampai perusahaan-perusahaan nasional kita 'dikerjai' kembali oleh investor-investor asing. Gaya hidup individu merupakan pilihan sendiri, namun alangkah baiknya untuk mengevaluasi gaya hidup. Secara tidak langsung gaya hidup yang dipilih dapat berdampak baik dengan negara serta kesejangan ekonomi masyrakat menuru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline