Lihat ke Halaman Asli

Lala_mynotetrip

Terus berupaya menjadi diri sendiri

Semakin Dekat dengan Kehadiran Ramadhan

Diperbarui: 21 Maret 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tahun 2020 kita semua di kejutkan dengan kehadiran pandemi, dan kita semua terus berharap serta optimis bahwa pandemi akan berakhir di akhir tahun 2020. Namun, faktanya sampai saat ini (2021) Pandemi belum berakhir, sudah mau puasa tahun kedua di era pandemi. 

Tahun kemarin ramadhan, idul fitri di lakukan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Tidak ada mudik, hanya ada silaturahmi virtual via video call atau zoom. Hanya kirim uang transferan atau kirim-kirim hampers ke sanak-saudara dan keluarga. 

Dari ramadhan tahun kemarin, kita tentu banyak belajar. Belajar lebih menjaga komunikasi dengan keluarga, belajar solat tarawih di rumah, solat ied bareng keluarga terdekat, tidak ada mudik dan tetap peduli keluarga dengan saling menjaga. 

Ada banyak perbedaan, meskipun begitu saya masih tetap optimis kalau ramadhan tahun ini bisa normal. Vaksinasi terus di upayakan, semoga saja pandemi kali ini benar-benar enyah dari muka bumi. 

Setidaknya dari ramadhan dan idul fitri tahun lalu kita belajar, betapa indahnya kebersamaan dan betapa sepinya ramadhan dan idul fitri tanpa mudik. Namun di balik semua ujian, ada juga yang merasa terbebas dari pertanyaan-pertanyaan basa-basi keluarga besar.

Ya, mulai dari tanya kapan ganti status, kapan punya momongan, kapan nambah momongan, kapan punya kerjaan bagus, kapan dan kapan lainnya yang seringkali menyinggung batin orang yang di tanya. Semoga saja, ramadhan dan idul fitri tahun ini tidak terisi dengan pertanyaan-pertanyaan tidak sopan dan menggores privasi seseorang. 

Bukan orang jauh yang sering menggoreskan luka, seringkali orang-orang terdekat yang berprilaku seperti demikian. Menyakiti hati dengan pertanyaan-pertanyaan yang rnggak kita tahu jawabannya. 

Silaturahmi yang seharusnya berisi kebahagiaan, kedekatan dan keakraban malah berisi rasa sakit hati seseorang yang di intrograsi pertanyaan aneh-aneh. 

Entah Ua, paman, bibi, Nenek, Kakek, Adik, kakak. Seolah biasa dan santai menggoreskan luka di hari yang fitri. Mari belajar bijaksana kalau bukan dari keluarga terdekat, siapa lagi yang akan mampu menahan diri? Cobalah idi pertemuan dan silaturahmi yang berharga ini dengan ucapan baik, doa terbaik serta support tanpa ada penghakiman apalagi pembandingan. 

Semua orang ingin bertemu dengan kehangatan dan kedekatan yang nyata, bukan basa-basi berujung sakit hati. Semoga saja kita lebih bijaksana dalam memilah kata ataupun kalimat yang keluar dari mulut.

Jangan jadikan slogan "Mulutmu harimau mu" Cobalah ganti dengan "Berkata baik, atau diam" Supaya keindahan silaturahmi dapat terasa oleh semua pihak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline