Lihat ke Halaman Asli

Mustiana

Penulis

Sensasi Berjalan di Samping Tengkorak yang Terserak

Diperbarui: 8 Agustus 2019   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Pallawa
Bisa dibilang eksplorasi Tana Toraja terbilang cepat banget, dari tempat upacara kita langsung menuju Pallawa yang di sana banyak rumah adat Tongkonan. Sebenarnya Tongkonan itu termasuk juga untuk tempat menaruh hasil panen.

Trus di bagian depan Tongkonan dipasang tanduk kerbau, semakin banyak tanduk kerbau semakin tinggi juga status orang meninggal itu.

Lemo
Dari Pallawa, foto-foto sebentar langsung ke Lemo. Ini merupakan perbukitan yang di kanan-kirinya terdapat makam, dan peti berisi tengkorak. Awal-awalnya sih berasa seram tapi lama kelamaan biasa aja, dibawa asik aja  tapi jangan lupa doa-doa juga dan ucapin salam, namanya kuburan orang.

Di sisi-sisi tebing banyak banget ornamen dan botol minuman serta bungkus makanan, entah buat sesajen atau turis nyampah. Cuma gara-gara ini tempat ini jadi kotor dan berasa aneh karena berdampingan dengan tulang belulang manusia kayak gak dihargain banget gak sih. Di puncak tebing ada satu goa yang gelap.

Sebelum masuk goa ini, kita harus naik melewati tangga yang licin. Jangan pakai sepatu karet deh ke sini (kayak saya), pake sepatu gunung kalau perlu.

dok. pribadi

Pas sampai di puncak kita ditawarin mau masuk gak ke dalam goa. Goanya super gelap dan licin serta ada genangan air sekitar 10-20 cm. Ada pemandunya yang nganterin kita ke dalam tapi ga terlalu kasih informasi tentang goa itu. Bilangnya sih ada makam.

Dan ternyata..... di dalamnya enggak ada apa-apa, cuma ada beberapa sampah yang menggunung di mana-mana, mereka bilang sih itu kubur orang-orang tapi saya enggak ngeh kuburnya ada di sebelah mana. hmmm...

Udah masuk ke dalam guanya licin dan sempet kepleset, hingga akhirnya keluar saya  dengan celana yang sudah tanah semua. Daripada melihat tulang belulang, sebenarnya saya lebih begidik ngeri sama boneka-bonekanya yang dipasang di sana karena kesannya mereka ngeliatin saya gitu hiiiiii....

Selanjutnya, kita mulai nyari home stay dan akhirnya nginep di home stay yang dipunyai sama kerabat sopir kita. Di sana masih kerasa banget kekeluargaannya, banyak anak-anak kecil lucu yang seneng banget jadi objek foto-foto.

Di sini kami tidur berdempet-dempetan dengan alas tikar dengan suhu yang lumayan dingin waktu pagi. Di sebelah tongkonan yang kami tempati, masih ada jenazah nenek mereka yang belum diupacarain.

Malamnya kami disajikan makanan yang super enggak biasa, yaitu papyong. Makanan khas Toraja berupa ayam atau biasanya babi yang dimasukkan ke dalam bambu besar sekaligus bumbunya trus dimasak ke dalam bara api. Sumpah enak banget. Rasanya mirip ayam bakar tapi lumayan beda karena teksturnya lebih lembut dan hancur berpadu bersama bumbu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline