Lihat ke Halaman Asli

Ummu Salamah

Mahasiswa

Sia-Sia Setia

Diperbarui: 16 Februari 2024   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Om, kalo gede nanti aku pengen deh punya suami kayak Om Abi," ucap bocah manis berkepang dua, tiba-tiba.

"Haha.. kenapa gitu Bella?" Aku tertawa. Jelas saja bocah itu sedang nglantur.

"Soalnya Om Abi baik, ganteng pula! Kalo Om nikah sama aku mau ngga?"

Hahaha. Tawaku makin keras. Bocah zaman sekarang emang beda. Dulu surat kaleng banyak dipakai anak muda karena malu-malu ketahuan mengungkapkan. Sedangkan sekarang, seorang bocah 12 tahun dengan polosnya 'melamar' bujangan lapuk sepertiku. Memang dunia sudah berputar terlalu lama..

"Bella, anak rajin anak pinter anak cantik, kamu belajar yang bener ya, bermimpi yang tinggi, nanti bakal banyak bertemu laki-laki yang baik hati dan gantengnya melebihi Om," matanya menyiratkan kecewa, ucapanku seperti pumutus rantai harapannya.

Huh. Yang benar saja! Kenapa aku jadi terlalu serius menanggapi kehaluan seorang anak kecil di siang bolong!

Bella mengangguk pelan, lalu masuk ke dalam rumahnya. Yaa.. sebenarnya saat ini aku sedang berkunjung ke rumah ketua jurusan. Profesi sebagai dosen muda mengajakku untuk sering bertemu dengan ibunya Bella. Sejak kunjungan pertama ke rumah ini, aku tahu bahwa beliau seorang single parent yang ditinggal mati suami saat anaknya, Arabella, masih dalam kandungan. Jujur saja, sebagai lelaki aku kagum dengan Bu Kajur. Kondisi tersebut tak menghalangi dirinya untuk tetap menggapai karier, padahal juga harus menjalankan peran ganda sekaligus.

Dan sepertinya, kesetiaan pada mendiang ayah Bella terlampau tinggi. Betapa bersyukur lelaki itu, tak ada yang mampu menggeser posisinya meski telah beda dunia sekian lama.

"Abimanyu, maaf ya nunggu lama. Saya tadi harus rapat online dulu dengan ketua jurusan Statistika se-Jogja," seperti biasa, Bu Rengganis selalu ramah dan tampil cantik walau sudah kepala empat. Barangkali bukan aku saja yang senang berlama-lama menatap wajah manis beliau.

***

Deru motor terdengar di halaman rumah Bu Rengganis. Tak lama kemudian seorang gadis remaja lewat. Ia melihatku sekilas, lalu salim ke mamanya. Wajahnya tertekuk seperti menahan gejolak emosi. Kemudian ia masuk begitu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline