Dulu sekali, waktu saya kelas 2 SD, berkunjung ke rumah paman bersama ayah ibu. Waktu itu usia paman, 60 tahun. Saya, tahun ini 60 tahun. Bisa dibayangkan kejadian itu sudah berapa tahun yang lalu.
Waktu itu paman bercerita mempunyai PRT, untuk membantu membersihkan rumah. Dia akhirnya ikut paman sampai besar dan menikah dengan tetangga kampung sebelah.
Usia anak itu waktu ikut paman 12 tahun. Saya masih sangat imut ketika itu. Saya kelas 2 SD, dia lulus SD. Tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan dana. Tidak mampu membeli seragam, sepatu, alat tulis dan biaya perjalanan menuju sekolah.
Memang jumlah sekolah waktu itu masih jarang. Kalau sekarang, sudah menyebar dan banyak. Lagi pula waktu itu sekolah jalan menempuh jarak jauh bukan hal aneh.
Oleh paman dan istri karena masih kecil, beliau berdua lebih suka menjadikan anak asuh. Diikutkan belajar menjahit dua minggu sekali. Jadi sebulan dua kali ke tempat kursus menjahit.
Bersama istri paman, anak asuh itu juga belajar membuat kue. Kue yang dijual sambil untuk kegiatan di rumah. juga menitipkan jualan kue itu ke warung-warung sekitar rumah dan ke tetangga desa.
Otomatis, anak asuh paman jadi belajar memasak masakan rumah, membuat kue dan menjahit.
Kehidupannya bersama keluarga paman sangat terjamin. Kebutuhan pribadi anak asuh paman ditanggung paman beserta istri.
Kebetulan anak asuh paman tampak bersih dan cantik. Ditunjang oleh kehidupan harian dengan memperhatikan kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Dengan hidup sehat tanpa tersentuh rokok dan minuman keras ataupun narkoba meskipun hidup di kota besar.
Kebetulan anak asuh paman mempunyai kakak yang juga tidak lanjut sekolah. Kakaknya ikut ibu. Ibu dan paman kakak beradik. Terbiasa melihat kakek dan nenel memperlakukan PRT seperti keluarga sendiri.