Lihat ke Halaman Asli

Puncak Sesungguhnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1338622381929962504

penyempurnaan bukanlah perfeksionis.... (Michel Bolton) teringat ketika mendaki gunung raung lewat Bondowoso bersama Anton Hananto, ada banyak learning point... karena mengejar waktu dan sun rise, maka diputuskan berjalan malam hari.. sebenarnya sore kami berngkat dari pos terakhir, Mbah Seruni... 2 jam perjalanan kami menemui sebuah kepulan asap, sekitar 2-3 meter dari track / jalan setapak, hmmm bekas api unggun... pikirku, lalu saya bersegera mengambil ranting untuk memadamkannya... tapi..... tiba-tiba tanah yang kupijak melesak kebawah sekitar 30 cm, bukan itu yang menjadi masalah.. tapi kakiku terbakar hebat, apalagi saya hanya memakai sandal hiking... oohh... tanganku ditarik anton, lalu disiram dengan sebotol air perbekalan kami... habislah sudah kakiku melepuh semua..... kami mencari tempat aman lalu istirahat... apa yang terjadi? benakku terus berfikir, padahal sekitar nampak normal, tanah jalan setapak kami pun tak ada kelainan tapi kenapa dibawahnya ada bara yang tak kelihatan? terbayang kebakaran di sumatera dan kalimantan sepanjang tahun.. dibawah tanah hutan yg merupakan humus dan dalamnya bisa 1-4 meter, lahan gambut namanya, kalau terbakar tak ada yang dapat menghentikannya, hingga habis semua... 1. APA YANG NAMPAK OLEH MATA, BELUM TENTU BEGITU, ADA SESUATU DIDALAMNYA... dengan kaki terluka kami melanjutkan perjalnan... kejadian tadi melecut semangat kami untuk konstan bergerak... berpuluh jam berikutnya tanpa terasa kami mencium bau belerang..  waah udah dekat dengan puncak...tapi saat itu masih jam 02.00.. kalau membuat shelter dan tidur, maka bisa menimbulkan masalah, gas, angin dan udara dingin... bisa kena hipotermia/ penyakit ketinggian.. meski angin masih dari arah bawah keatas tapi kami memutuskan untuk turun beberapa puluh meter dan istirahat... beberapa jam berikutnya.. gejala sun rise.. matahari terbit... kami naik hingga puncak, ditandai monumen peringatan wafatnya pendaki Bandung, kami berhenti disitu, bikin kopi dan evaluasi.. kami kedinginan, ternyata rest kami semalam terlalu tinggi, waah orientasi medan yang amatir...suara gemuruh tiap 20 detik sekali terdengar.. inilah mengapa gunung dahsyat ini disebut Raung.. 2. JANGAN ISTIRAHAT DEKAT PUNCAK, KARENA ADA KEKUATAN DISEKITARNYA.. TAPI RAIH PUNCAK KEHIDUPAN SETAHAP DEMI SETAHAP.. setelah menikmati keindahan kami bergegas turun... tapi hati kecilku mengatakan ini bukan puncak sesungguhnya, aneh... maka kubaca lagi.. kami berdebat bahwa itu adalah puncak.. karena tidak ada trek lagi untuk dijalani, betulkah ini puncak..?  mengikuti conscienceku dan sayapun melompat ke belakang monumen dan merangkak terus ketempat yang lebih tinggi.. entah menuju kemana.. "kamu boleh tunggu atau ikuti saya.." rekanku masih packing barang.. semakin merangkak jauh semakin jelas gemuruhnya......... eureka!! akhirnya aku menemukan satu jalan yang benar!! saya berteriak.. "Broo.. ini puncaknyaaaa ayoo kesiniii.." akhirnya kami bersama berdiri dipuncak RAUNG yang penuh misteri... Super.. Dahsyat..... 3. PUNCAK SESUNGGUHNYA ADA DALAM HATIMU... (Bondowoso 1994)__bersama Anton Hananto




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline