Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Misteri Penulis Fiksi

Diperbarui: 22 Desember 2020   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seputarilmu.com

Penulis karya-karya fiksi mempunyai kebebasan dalam memakai dan menyusun kata menjadi kalimat, untuk mencurahkan isi hati atau buah pikirannya.

Memiliki makna sebagai pesan moral, berupa nasehat, sindiran, tamsil, kritik dan sebagai media sosialisasi yang sarat dengan kalimat-kalimat filsafat sebagai pandangan hidup.

Menikmati karya fiksi memberi napas bagi jiwa, mengasah rasa seni dan sense. Mengasah kepekaan budi dan emosi. Dengan berimajinasi pada situasi alam fana tempat berpijak dan masa lampau yang pernah terjadi.

Ragam budaya, sruktur sosial, sejarah dan tatanan masyarakat menjadi qias makna dalam menarasikan karya, bagi penulis fiksi. Yang terkadang memberikan corak pada karya yang ditulis.

Menulis fiksi tidak semudah seperti digambarkan sebagian orang. Karena penulisnya memiliki imajinasi, seni, sensi, rasio dan emosi dalam menyuguhkan narasi-narasinya. Dan tidak selalu berpijak pada kakunya kata ilmiah. Tapi bersifat alami yang mengalir.

Kebebasan bagi penulis fiksi dalam merangkai diksi yang indah, unik bahkan terkesan nyeleneh buat pembaca. Disertai majas dan perupamaan-perumpamaan alam, kisah-kisah bahkan pesan spiritual ada dalam narasi yang dituangkan.

Misalnya sajak Fariduddin Attar dalam sebuah antologi puisinya Mantiqut Thair.
Katarsisasi religiusitas dalam sajak tersebut cukup jelas dan mencerahkan bagi perkembangan spiritualitas umat manusia.

Kepada melati ia berikan empat helai kelopak/ dan di kepala bunga tulip/ ia kenakan topi merah/ ia kenakan mahkota emas di kening bunga narsis/ dan ia jatuhkan mutiara-mutiara embun/ ke dalam peti peti sucinya.

Karya Fariduddin Attar di atas menampakkan upaya aku( lirik) memberikan keindahan pada suatu yang telah indah yakni bunga tulip yang indah masih di pasangi topi merah yang dengan itu keindahan bunga semakin memukau.

Bunga yang harum yakni hati nurani manusia yang menyadari bahwa dirinya manusia, membungkus dirinya dengan akhlak yang mulia, moralitas yang agung.

Artinya, moralitas dann mentalitas yang baik adalah penyempurna manusia sebagai mahluk yang sempurna dari mahluk tuhan yang lainnya. Keindahan luar diiringi keindahan hati.

Misteri Penulis Fiksi
Dan terkadang karya fiksi sukar untuk diterka dan dicerna, kemana arah tulisan yang dituju. Dan maksud yang sebenarnya. Besar kemungkinan sang penulis sendiri yang lebih mengetahui apa maksud sebenarnya dari tulisan yang dibuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline