Lihat ke Halaman Asli

Miss Waria 2010 Itu, Gugur Tertembak

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Taman Lawang, Menteng, Jakarta, berduka. Pagi buta, dini hari tadi. Khabar duka itu, masuk ke dalam seluler. Faisal Harahap, Miss Waria 2010, tertembak secara brutal, dan tidak ada yang mengetahui siapa pelakunya. Penasaran dengan pesan pendek itu, saya mencoba mencari tahu, tak membuahkan hasil. Sampai siang, tak juga ada media online yang saya temukan memuat peristiwa ini. Siang ini, kembali saya membuka beberapa launcher media yang saya miliki. Ya, saya menemukannya. Tak banyak media yang meliputnya, tragedi kemanusiaan yang menimpa waria ini.

Taman Lawang, memang di kenal sebagi salah satu tempat, bertukar rasan antar Waria. Beberapa tahun lalu, saya sempat menyambangi tempat ini untuk sdekedar berbincang masalah HIV dan AIDS dengan salah satu dari teman-teman waria. Mengasyikkan, banyak pengalaman hidup dari teman dialog saya, termasuk tentu saja perihal HIV dan AIDS di Indonesia.

Tentu saja, saya membayangkan, bagaimana ketakutan yang menggema-gema di antara teman-teman waria di pagi buta. Mendengar rentetan tembakan, yang tentu saja burtal dan membabi buta. Mungkin juga, di sana ada salah satu teman saya, yang mungkin saja saya ingat, atau mereka lupakan saya, karena tak lagi pernah ada komunikasi dengan mereka. Tetapi saya tetap merasakan kelembutan hati mereka, kasih sayang mereka, dan juga solidaritas yang begitu tinggi terhadap sesamanya.

Sungguh saya merasa perih. Memang hanya itu yang bisa saya rasakan saat membaca pesan pendek mengenai penembakan waria di Taman Lawang. Saya merasa beberapa tahun terakhir begitu dengan komunitas waria. Berdiskusi, berdialog, merancang masa depan yang lebih baik, membantu sesama si miskin untuk bisa bertahan hidup. Bahkan, satu kisah di Yogyakarta, yang pernah saya dengar dari mereka sendiri, seorang waria, dengan seluruh keterbatasannya, harus menyisihkan uang, dan ketika terkumpul, digunakan untuk mengantarkan bocah yang tersesat di Jogja sampai ke rumah, sampai ke dalam kehangatan orang tua si bocah.

Sungguh, saya merasa geram. Mengapa ada orang yang begitu tega menembaknya, tanpa alasan apapun yang teman-teman waria ketahui. Geram kepada mereka yang sama sekali tetap tidak bisa memahami sejatinya kehidupan teman-temanku, teman-teman waria. Kenapa religiousitas kita, tetap tak mampu menjadikan hati dan pikiran kita menjadi jernih, untuk menerima teman-teman waria apa adanya. Dan kegeraman itu, tentu ssaja terus bertambah panjang dengan pertanyaan kenapa dan kenapa yang lain.

Kegeraman ini pula, yang mendesak-desak, mencabik-cabik hati, dan berteriak-teriak, agar polisi harus mengungkapnya. Ada ribuan hati yang meratap, menuntut keadilan. Saat ini polisi harus membuktikan perlindungan kepada warga negara, haruslah dilakukan dengan tanpa memandang latar belakang apapun, tidak agama, tidak pangkat, tidak suku dan tidak juga orientasi seksual.Semua warga negara harus mendapatkan pembelaan. Salah satunya, harus mengusut tuntas penembak Miss Waria 2010, Almarhumah Faisal Harahap. Saya sungguh menanti perkembangannya.

Selamat Jalan Faisal Harahap, selamat jalan teman, kehangatan Tuhan akan menyambutmu, baluran wangi surgawi akan membasahi seluruh tubuhmu. Engkau sudah tunai, untuk menjalankan misi ketuhanan, pembuktian atas kekuasaanNya, dan bisa mencipta sesuai dengan kehendakNya, termasuk mencipatmu dan akhirnyas kembali memanggilmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline