Lihat ke Halaman Asli

September Periode 1 Zul-Rohmi Berakhir: Disparitas Pembangunan P. Sumbawa dan P. Lombok Itu Nyata

Diperbarui: 29 Juli 2023   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskominfotik NTB

Ketimpangan pembangunan P Lombok dan P Sumbawa nyata adanya. P Lombok Nampak lebih maju infrastruktur dan fasilitas umum, tetapi Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) NTB berdasar bidang usaha terbesar justru ditopang dari P Sumbawa. Mengapa bisa ?

NTB terdiri dari 2 pulau. P Lombok dan P Sumbawa, Ibukota di Mataram, Lombok. Penduduk 5,3 juta jiwa. 75% bermukim di P Lombok sisanya di P Sumbawa yang justru luasnya 3 kali P Lombok. Ketimpangan pembangunan keduanya sudah ada sejak provinsi ini berdiri 1958. Namun tingkat kemiskinan dan stunting juga lebih besar di P Lombok.

Zul-Rohmi -- (Dr. Zulkieflimansyah dan Dr Sitti Rohmi Djalilah)/Gubernur dan wakil gubernur,  memulai memimpin 2018-2023 (September)  pun mewarisi kondisi tersebut. Data BPS tingkat kemiskinan 14,76% (2018) setara dengan 746,66 ribu orang dominan berada di P Lombok sekitar 440 ribu jiwa. Kemiskinan tertinggi di Lombok Timur 190 jiwa, terendah Kota Bima 16,22 ribu jiwa.

Fakta lain, angka stunting 16,84%. Tinggi. Diterjang bencana gempa 2018 recovery total baru 2 tahun kemudian. Menyusul covid-19 lebih dari 2,5 tahun. Walhasil sebagian waktu pasangan ini dalam kondisi tidak baik2 saja.   

Mengapa menyebut-nyebut bencana gempa dan covid ? Sesungguhnya adalah fakta yang tidak bisa diabaikan karena mempengaruhi banyak hal, tidak adil rasanya jika dihitung sebagai keadaan normal.

PDRB NTB dari bidang usaha Rp 156,9 T. Tiga urutan paling tinggi kontribusinya berasal dari kapitalisasi Pertanian (perikanan,  peternakan, kehutanan) 21,39%. Menyusul Pertambangan dan galian 20,37 %. Perdagangan besar dan eceran 13,85%. Dua bidang di atas bersumber dari P Sumbawa. Sementara belasan sub bidang lain tersebar di P Lombok dan Sumbawa nilainya masing2 jauh lebih kecil.

Bidang pertanian khusus sub perikanan misalnya sebagian berasal dari Teluk Saleh P Sumbawa, baik ikan tangkapan maupun budidaya rumput laut capai Rp 15,1 T. Sub jagung dari 2 juta ton (2022) yang dihasilkan NTB, 70% berasal dari P Sumbawa. Peternakan pun masih didominasi P Sumbawa berupa sapi. Sub gabah kering giling Lombok sedikit berada di atas P. Sumbawa, akibat produktivitas lahan pertaniannya lebih baik. Sementara Sumbawa tingkat produktifitas masih di bawah 50% (NTB dalam Angka 2023).  

Di Bidang pertambangan emas, perak tembaga dan mineral lainnya, yang menempati urutan kedua PDRB, lebih 95-an persen berasal dari P Sumbawa (Kab. Sumbawa Barat). Sementara perdagangan besar dan eceran didominasi dari P Lombok/ibukota provinsi.

Disparitas mulai dari populasi penduduk yang hanya 25% berada di P Sumbawa, sudah pasti mempengaruhi PDRB dari sisi belanja rumahtangga, mempengaruhi perolehan pajak dan retribusi yang merupakan tulang punggung Pendapatan Asli Daerah (PAD).

"PDRB indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha, yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah" (BPS NTB).

Akibat minimnya PAD P. Sumbawa  membuat infrastruktur jalan, jembatan dan fasilitas umum yang mustinya di biayai kas daerah  terbengkalai.  Gubernur NTB misalnya kemudian mengajak semua Kepala daerah se NTB  "menggeruduk" Menteri PUPR akhir 2022. Hasilnya masing2 memperoleh Rp 20 milyar kemudian dapat menyambung beberapa ruas jalan kabupaten/kota dan fasilitas umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline