Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khrisna

Seniman (?)

Kuliah Seni Murni Masa Depan Suram? Apakah Benar?

Diperbarui: 29 Oktober 2022   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin sebagian besar orang tua akan cukup bingung ketika mendengar sang anak mengatakan ingin berkuliah mengambil jurusan Seni Murni, satu kata yang mungkin akan keluar dari mulut orang tua adalah "Mau jadi apa?" atau pertanyaan lainnya seperti "Kerjanya nanti apa?"

Dua kata tersebut bagi sebagian besar orang mungkin akan kesulitan menjawabnya termasuk saya ketika pada awalnya memilih untuk masuk ke dalam jurusan Seni Murni. 

Lantas apa sebenarnya jurusan seni murni? apa yang membedakannya dengan seni rupa? ya sebenarnya seni murni dan seni rupa merupakan satu kesatuan, yang membedakan hanya secara spesifik bahwa seni murni adalah seni yang mengutamakan keindahan dengan media yang umumnya dikenal sebagai seni lukis, seni patung dan seni grafis. 

Sedangkan seni rupa mencakup wilayah yang cukup luas yang berkaitan dengan berbagai bidang seperti desain, kriya (atau yang biasa disebut seni terapan seperti keramik,tekstil dan kayu) atau pun animasi. 

Umumnya orang tua atau masyarakat umum akan hanya menganggap kegiatan melukis hanyalah sekedar kegiatan sampingan, seni patung dianggap sebagai orang-orang yang hanya kerjanya membuat berhala, dan seni grafis yang sering kali dianggap asing ataupun disalahartikan sama dengan desain grafis.

Kesalahpahaman tersebut lah yang sering kali membuat seni murni dianggap sebagai gurusan yang tidak punya masa depan. Selain faktor yang disebutkan tadi ada beberapa hal lainnya yang menurut saya pribadi cukup menghambat berkembangnya seni murni di Indonesia.

1. Kurangnya apresiasi yang baik dari masyarakat 

Ini merupakan permasalahan seni rupa yang cukup mendasar namun tidak mudah menemukan solusi untuk mengatasinya. 

Apresiasi yang dimaksud oleh saya adalah sering kali pekerja seni di Indonesia dibayar dengan harga yang tidak sesuai dengan hasil kerja kerasnya, saya akan memberikan contoh kasus yang sering terjadi di sekitar saya dan teman-teman saya seperti kalimat "Gambarin muka gua dong, tapi gratis ya? kan kita temen" atau "yaelah cuma desain hitu doang masa bayar?  dan dipaksa serba bisa namun ingin mendapatkan harga yang murah. 

Padahal dibalik itu semua ada tenaga yang diperlukan ketika membuat, ada ide yang harus dicari dengan susah payah & waktu yang lumayan panjang untuk melatih kemampuan. Yang cukup disayangkan bahkan yang melakukan hal-hal tersebut Adalah keluarga sendiri ataupun oknum dari instansi Pemerintah (yang seharusnya mendukung) 

2. Literasi yang kurang mengenai fungsi seni & tentang seni

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline