Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

5 Cara Memberi Nasihat yang Membantu

Diperbarui: 5 Maret 2021   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memberikan nasihat yang buruk sama dengan menghancurkan harga diri | Ilustrasi oleh Mabel Amber via Pixabay

Saya cukup yakin, kita mengenal orang-orang yang jago menasihati meskipun dirinya sendiri sedang butuh dinasihati. Ini seperti spiderman yang menampilkan wajah garang, padahal hatinya sedang terbakar menjadi arang.

Apalagi di era internet, semua orang seakan-akan telah menjadi ahli dalam sesuatu. Keindahan dan kutukan internet adalah bahwa setiap orang memiliki pendapat dan ingin membagikannya. Bahkan tidak hanya membagikannya, tapi kita lebih yakin dari sebelumnya tentang betapa benarnya kita.

Jadi, saya menemukan 5 prinsip dasar untuk dijadikan patokan saat memberi nasihat kepada orang lain. Anda tahu mengapa? Karena saya sangat yakin betapa benarnya saya.

1. Pastikan orang tersebut benar-benar membutuhkan nasihat

Apa yang Anda lakukan ketika suhu udara sedang sangat dingin menusuk kulit, kemudian seseorang datang memaksa Anda untuk memakan es krim pemberiannya? Barangkali Anda membalasnya dengan sebuah tamparan tangan atau menempelkan wajan ke mukanya (dengan kecepatan tinggi).

Tidak ada jenis nasihat yang lebih buruk daripada nasihat yang tidak diminta. Tidak ada orang yang lebih lebih cenderung diabaikan daripada orang yang (merasa) tahu segalanya.

Pastikan orang yang Anda coba bantu sedang benar-benar mencari bantuan, jangan sampai Anda dianggap sebagai superman yang merendahkan.

Memberikan nasihat kepada orang yang tidak membutuhkannya sama seperti kita menambahkan garam pada segelas teh manis. Bukannya menambah kenikmatan teh manis tersebut, kita malah menghancurkan rasa manisnya sehingga siapa pun yang meminumnya akan segera menyemburkannya ke wajah Anda.

Contoh nasihat yang buruk:

"Wah, kamu diterima di kampus favorit? Keren! Tapi hati-hati, kehidupan kuliah itu lebih memusingkan. Apalagi kalau harus hidup ngekos, kadang makan susah, harus mencuci baju sendiri, belum lagi membagi waktu antara kuliah dengan mencari uang. Karena kalau tidak, dari mana kamu bisa membayar kos? Eh, belum lagi bayar UKT-nya mahal, ya? 

Jangan lupa dengan masa pascasarjana. Kamu harus menghabiskan banyak uang, mungkin tidak memiliki kehidupan sosial selama bertahun-tahun dan lalu terjebak dalam pekerjaan yang tidak disukai hanya karena bayarannya bagus."

Nasihat semacam itu sering kita dengar dari orang-orang sekitar. Mereka datang seperti seorang nabi yang memberi peringatan. Padahal kenyataannya, itu hanya semakin membuktikan bahwa mereka (sedikit) berengsek.

2. Pastikan Anda benar-benar tahu tentang apa yang Anda bicarakan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline