Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Saudi

Penikmat kopi hitam

Diam di Rumah Saat Corona dan Makna Berjamaah

Diperbarui: 30 Maret 2020   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpul dengan anak isteri

Setelah virus yang lahir di akhir tahun 2019 ini tiba Di indonesia dan mulai menginfeksi penduduk sampai ke pelosok daerah di tiap-tiap Provinsi. Pemerintah mulai menerapkan kebijakan bekerja di rumah belajar di rumah dan berdiam diri di  rumah. 

Tujuanya tak lain tak bukan demi  memutus mata rantai penyebaran virus yang bernama corona. bila masyarakat kompak menyikapinya tentunya tujuan pemerintah dan harapan kita akan berhasil dengan segera. dan kita rakyat bisa kembali  beraktifitas seperti sediakala dengan rasa aman. 

Kita bisa keluar rumah tanpa perlu memakai masker, bisa bergelantungan di busway KRL dan MRT tanpa risih, kita bisa ngobrol dengan sesama tanpa harus menjaga jarak, dan kita tidak khawatir lagi ketika ada yang bertamu ke rumah kita dari luar kota.

Tidak seperti sekarang, sedikit saja kita bersin merasa seperti jadi tersangka, sedikit sakit kepala buru-buru pingin periksa takutnya bagian dari gejala, padahal hanya karena telat makan saja

Berdiam di rumah. Bagi para petani tentulah ini hal biasa biasa saja toh setiap hari petani hanya berkutat di sawah di ladang dan di rumah saat malam tiba. Akan kebutuhan sehari hari petani juga tidak akan begitu risau karna sudah terbiasa makan, pakai baju, dan hiburan seadanya. 

Paling petani hanya merasa berat ketika harus libur pengajian rutin di majlis taklim. Tapi ketika diberi pengertian mereka akan lebih cepat menerima dan melaksanakanya.

Lain halnya dengan pedagang di pasar pegawai kantoran karyawan pabrik dan aktifitas usaha yang tidak bisa dilakukan seperti petani. Kalangan ini tentunya sangat besar kena imbasnya. Pedagang khawatir dengan usaha yang sudah dengan susah payah dirintisnya, stress memikirkan penghasilanya, stok barang yang pastinya tidak terjual sampai berujung rusak, bon bon belanja yang harus disetorkan sampai sewa toko yang harus segera dibayar. 

Bagi pedagang sembako tentunya masalah makan/bekal selama di rumah tidak akan begitu risau karena tersedia di tokonya. Lalu bagaimana dengan karyawan yang pastinya hanya mengharap gaji. 

Sedangkan kerja saja sekarang tidak. Inipun tidak termasuk kalangan yang kekhawatiranya besar. Toh pastinya biar sedikit mereka punya tabungan baik berupa simpanan di bank atau simpanan emas yang bisa dijual ketika dibutuhkan. katakanlah cukup untuk bulan berikutnya

Lain pula halnya dengan aktifitas usaha yang pendapatanya mengandalkan pemberian orang/buruh serabutan. dalam kondisi normal saja untuk dapat pekerjaan sangat sulit, apalagi sekarang. 

Mau jadi buruh angkut di pasar Tokonya pada tutup, ikut kerja kenek bangunan proyek tutup. Okelah jajan anak sekolah sekarang ini berkurang, paling jajan sehari hari. Tapi kebutuhan dapur tidak mau tahu dan tidak mau libur. bisa saja kita selaku orang tuanya menahan lapar cukup dengan minum air putih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline