Lihat ke Halaman Asli

Mugniar

Mamak Blogger

Kalahkan Jarak 7 Jam Pertemuan Online dengan Kuota 5 Ribuan

Diperbarui: 15 Juli 2020   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumentasi Pentalogy of Dyslexia

Bukannya mamak ini mau gaya-gayaan ikut simposium kayak profesional saja, saya memang lagi butuh ilmu yang ditawarkan pas ditawari adik mau ditraktir ikut simposium Pentalogy of Dyslexia yang berlangsung selama 5 pekan berturut-turut, setiap hari Sabtu -- Ahad selama bulan Juli ini. Tentu saja saya tak menolak!

Tentang 5 Jam #KalahkanJarak dengan Simposium Daring

Saya butuh ilmu ini karena putra bungsu saya yang speech delay sedang saya cari tahu kekhususannya apa. Pada usia 10 tahun ini dia sudah ceriwis sih, tinggal 1 huruf saja yang dia belum bisa sebut -- yaitu huruf R tapi saya masih belum mendapatkan dia sebenarnya special need-nya di mana.

Saya masih perlu menelusuri lagi sebab keponakan saya sudah terkonfirmasi disleksia dan menjalani terapi di salah satu tempat terapi khusus disleksia di Bandung sekira 5 tahunan yang lalu. Setelah diskusi dengan adik ipar 3 atau 4 tahun lalu waktu dia ke Makassar, saya jadi tahu bahwa disleksia itu genetika alias diturunkan.

Sumber: dokumentasi Pentalogy of Dyslexia

Disleksia juga bukan sekadar keterbatasan dalam membaca, menulis, atau berhitung tetapi jauh lebih luas dari itu karena menyangkut keterampilan-keterampilan lain dalam menjalani kehidupan. Masalah yang dialami penyandangnya bisa berupa masalah emosional, psikologis, dan sosial.

Masih bisa ditangani jika secepatnya diketahui dan dikembangkan potensi yang dimiliki jika cepat diketahui kekhususannya di mana. Dari situlah saya mendapatkan pertimbangan untuk assessment disleksia bagi anak saya. Bisa jadi dia disleksia juga hanya saja belum ketahuan karena belum di-assess secara khusus.

Soalnya, seperti itu dulu yang terjadi dengan keponakan saya. Dulunya dia didiagnosa autisme tetapi setelah pemeriksaan komprehensif di Bandung, didapati ponakan saya tersebut disleksia, bukannya autisme.

Tentunya dia harus ditangani seperti penyandang disleksia bukannya secara penyandang autisme supaya potensi dirinya bisa dieksplorasi semaksimal mungkin. Kesalahan diagnosa akan menyebabkan potensinya tidak bisa muncul dan bisa berakibat buruk ke depannya.

Nah, pasalnya di kota saya -- di Makassar tak ada tempat asesmen sekaligus terapi khusus anak disleksia seperti yang di Bandung itu.

Pandemi covid-19 membawa hikmah tersendiri bagi saya. Jika pada waktu-waktu lalu simposium serupa dilaksanakan secara offline maka kali ini pelaksanaannya secara online jadi saya yang berada di Makassar bisa menyimak para ahli yang berada di pulau Jawa memaparkan materinya.

Senang sekali saya ketika adik saya mengatakan mau membayarkan biaya simposium. Bukan hanya yang Pentalogy of Dyslexia A, juga bagian B-nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline