Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Agus Prajurit Berhati Lembut

Diperbarui: 29 Juni 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Ahad 27 Juni 2021, seorang keluarga dekat dari  istri yakni Agus yang tinggal di Batam,  Ia wafat  jam 08.00,  dimakamkan siang nya ba'da Zhuhur.  Mengenal Agus saat acara Pengangkatan Penghulu Tanjung Datuk Kayo 10 tahun yang lalu di Jorong Sipisang, Kecamaran Palupuh, Kabupaten Agam. Dia hadir, karena dia termasuk payung suku Tanjung. Kakaknya menjadi "Panungkek" Dengan gelar Datuk Junjungan  menjadi "wakil" dari Datuk Kayo (Chairil Anwar Tanjung) kakak dari istri saya  Hj. Yulinar Ismail. Silaturrahmi dengan almarhum Agus berlangsung terus. Malah pada bulan Oktober 2013, ketika saya ada acara Seminar Nasional di Batam, dia datang hotel tempat menginap dan mengajak ke rumah serta  berkeliling kota Batam. Minum Kopi di kedai kopi sambil memandang kelap kelip lampu kota Singapura.

Agus kembali hangat menerima kami, saya istri dan Yisca serta Arshad mampir di rumahnya dan bermalam. Ketika itu kami kembali dari Singapura, menemani putri kami  Syafniyanti yang mengikuti Regional Training di Singapura yang dilaksanakan kantor nya PT. Siemens, Agustus 2018.

Agus seorang tentara dengan kumis tebal terlihat "tegas dan temperamental", namun bilamana sudah mengenalnya dia seorang "tentata berhati lembut".  Cucu kam i Yisca dan Arshad terkejut saat kami mengabarkan bahwa Om Agus meninggal. Dia ingat sekali akrabnya Om Agus Dengan mereka. Ketika itu Agus memberikan senjata nya untuk dipegang dan bergaya seperti tentara. Begitu juga Arsyad dan Yisca main ke kamar anak Agus "Leo" yang polisi, juga memperlihat kan "pistol" dan "senjata laras panjang", pada mereka berdua. Kembali Yisca dan Arshad bergaya dengan senjata menggunakan topi dinas,  sungguhan itu, sebagai "fichter pemburu penjahat". Gaya mereka semakin heboh saat keluar ke depan rumah "berpose di depan hardtop merah", off road, milik Agus. Menantu Agus, yang juga seorang polisi yang menjadi perhatian cucu kami Yisca dan Arshad.

Agus asik diajak ngobrol. Dia mencerikakan bagaimana kiat praktis menurunkan kadar gula diabetis dengan cepat. "Kita kan tahu, gula kita naik atau turun. Saat kadar gula naik, naik, gampang, ambil beberapa pucuk daun papaya, blinder dan minum. Memang pahit, namun ampuh". Sambil memperlihatkan beberapa pohon papaya dibelakang rumahnya. Hanya  beberapa belasan  menit, setelah meminum jus daun papaya itu, kondisi terasa fit, kadar gula menurun.

Agus peduli pada kampung. Bilamana ada informasi penggalangan dana untuk kegiatan sosial dan keagamaan di Jorong Sipisang, kampungnya, tidaklah terlalu lama diberikan respon. Dia akan mengabarkan "ikut dikit, dari hamba Allah, untuk Madrasah, rehab masjid atau pengadaan mobil ambulance".  Tiga hari bersama Agus dan keluarga, boleh lah ngiri. Terlihat sebuah keluarga yang demikian harmonis.

Dia telah dipanggil Illahi Rabby, kami yakin silaturrahmi, kedekatan dengan keluarga, shadaqah jariah dan berbagai pengalaman yang telah di "share", akan menjadi ladang amal bagi nya. Disempurnakan pula oleh dua sepasang anaknya yang memunajatkan doa, bagi orang tuanya Agus rahimahullah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline