Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Masjid Terapung dan Masjid Kapitan Keling, Penang

Diperbarui: 24 April 2021   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Mesjid Terapung.

Kunjungan ke Pulau Penang Malaysia, usai pertemuan dengan teman teman di Bangkok, membicarakan tentang Fund Raising,  pada tahun 2016  Hoby traveling tiba-tiba muncul.  Kebetulan ada teman yang mau kembali ke Pukhet, Selanjutnya dari Puket naik bus malam menuju Penang.

Pengalaman yang mndebarkan adalah saat pemeriksaan keimigrasian  perbatasan Thailand dan Malaysia, semua penumpang turun dan menyerahkan paspornya. Sejam berlalu, tidak juga berangkat. Setengah jam kemudian saya datang ke kantor imigrasi nya, saya Tanya, "kenapa kami belum bisa berangkat?. Petugas menjawab. " No problem", You Waiting next half our. Lebih setengah jam, kembali saya Tanya "Do you have a problem about me", my document etc".  We ll waiting information from Bangkok. Rupanya ada kecurigaan saya dengan tampang seperti warga Thailand, dikaitkan dengan isyu adanya  kelompok muslim Thailand Selatan, mau ke Malaysia.

Beberapa hari transit di kotaini, dimanfaatkan untuk keliling di beberapa masjid di wilayah ini. Namanya "Masjid Terapung" tetapi sebenarnya tidak terapung di atas air. Mesjid ini kelihatan mengapung di atas pantai disangga oleh pilar-pilar beton di atas laut. Lokasinya berada di sebuah tanjung (cekungan laut yang menjorok ke dalam). Namanya Tanjung Bungah. Bangunan seluas 1.295 meter persegi merupakan renovasi dari bangunan yang sebelumnya rusak terhempas Tsunami besar tahun 2004.

Setelah perbaikan selesai, maka  Masjid Terapung ini menjadi monumen peringatan tsunami. Dulu sempat ada usulan agar menamakan bangunan ini sebagai monumen Tsunami. Namun Tun Abdullah Ahmad Badawi, yang ketika itu menjadi perdana menteri Malaysia, enggan menggunakan nama itu karena tidak mau selalu terkenang tragdi tersebut.

Sebelum terjadinya musibah Tsunami, kawasan ini tidak seindah sekarang. Dulu tempat ini merupakan perkampungan nelayan yang kumuh. Sempat beredar bahwa kampung itu akan digusur untuk proyek perumahan mewah. Namun rencana itu urung dengan datangnya Tsunami. Pada saat itu, Saiful Yusof, bersama 20 warga setempat sedang menunaikan sholat dzuhur di masjid. Tiba-tiba mereka mendengar bunyi angin yang menyeramkan. Dalam sekejap mata, ombak besar menyapu semua benda yang ada di pesisir.

Mesjid Kapitan Keling

Mesjid Kapitan Keling ini berada di tengah kota Penang,  berdiri pada tahun 1801. Masjid ini didirikan oleh masyarakat India yang datang ke Penang. Elain sarana   ibadah ia juga serta mercusuar Penang. Selain itu, masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi. Di masjid ini sering berlangsung seperti berbagi sedekah di hari tertentu dan tempat acara pemberian nama bayi di hari lahir.

Mesjid ini menjadi saksi berkembangnya Islam di Penang.  Orang India yang datang ke Penang, awalnya datang untuk berdagang kain dan rempah-rempah melalui jalur laut. Semakin lama, jumlah masyarakat Muslim India yang menetap bertambah  dan mendirikan masjid yang kemudian disebut masyarakat sekitar dengan Masjid Kapitan Keling. Kata Keling disematkan lantaran kulit India yang datang ke Penang memiliki warna kulit keling atau gelap mengkilat.

Selain itu sebagai bukti adanya budaya multietnis Penang Malaysia merupakan tempat yang banyak mendapat pengaruh budaya dari berbagai negara. Posisi geografis Penang yang berada di Selat Malaka menjadi pusat transit perdagangan melalui jalur laut. Di kota ini terdapat masyarakat multietnis, dan yang paling mendominasi adalah etnis Tiongkok dan India. Hal ini tercermin melalui budaya-budaya yang ada serta arsitektur bangunan yang ada di Penang. Masjid ini sekaligus menjadi bukti adanya toleransi multietnis dilihat dari lokasi masjid yang berdekatan dengan klenteng dan masjid-masjid dari kelompok dan sarana ibadah agama  lain.

Arsitektur Masjid Kapitan Keling memiliki dengan rancangan dan ornamen yang khas. Masjid ini telah mengalami perluasan namun  tetap mempertahankan arsitektur aslinya. Salah satu ciri masjid ini adalah adanya ornament bunga dan adanya mimbar yang dipengaruhi model Turki Usmani. Bentuknya tinggi dengan bulan bintang di ujungnya. Di depan masjid juga terdapat kolam besar yang digunakan untuk berwudhu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline