Lihat ke Halaman Asli

Muarif Essage

pembaca sastra

Belajar dari Orang Gila

Diperbarui: 11 Januari 2022   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah orang gila bisa bermimpi? Ia tengah melepaskan dirinya

selembar demi selembar sampai sepenuhnya

telanjang. Apakah orang gila punya masa lalu?

Jangan ganggu, ia sedang melepaskanmu selembar

demi selembar. Sabdakan, wahai, Yang Mahabesar!

 (Puisi "Apakah Orang Gila Bisa Bermimpi?" dalam Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita, 2017: 47)

/1/

Hampir semua dari kita mengetahui apa yang sering dilakukan orang gila: mengorek-orek sisa makanan di tempat sampah; berjalan ke sana ke mari tak tentu arah dengan pakaian amat kotor, berambut panjang menggimbal, bahkan telanjang bulat; kadang berteriak-teriak membuat siapa pun takut kepadanya. Itu di antara beberapa perilaku dari perilaku lain orang gila yang dapat kita temui.

Tapi, tidak dengan orang gila dalam puisi Sapardi Djoko Damono. Orang gila itu " ... tengah melepaskan dirinya selembar demi selembar sampai sepenuhnya telanjang". 

Bukan hanya itu, orang gila itu pun " ... sedang melepaskanmu selembar demi selembar". Tentu saja kita melihat itu sebagai perlaku lain dari orang gila pada umumnya. 

Apakah ini berarti orang gila yang kita temui di jalan-jalan tidak sama dengan orang gila dalam puisi Sapardi yang berjudul "Apakah Orang Gila Bisa Bermimpi"? Bisa jadi memang tidak sama. Hal ini karena orang gila dalam puisi Sapardi sedang melepaskan tubuhnya sendiri (bukan pakaiannya). Orang gila itu juga melepaskan diri "kamu".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline