Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Pusukbuhit, Gunung Suci Orang Batak di Kaldera Toba

Diperbarui: 17 Desember 2023   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluet magis Gunung Pusukbuhit, Kaldera Toba menjelang senja, tampak dari ujung utara Pulau Samosir (Foto: Farren Silalahi)

Dolok Pusukbuhit, dalam kosmologi asli Batak, adalah simpul air Tao Toba dan tanah Pulo Samosir serta dinding Kaldera Toba. 

Coba perhatikan peta Kaldera Toba. Tao (Danau) Toba itu tampak sebagai rahim. Pulo (Pulau) Samosir tampak sebagai janin yang tali pusarnya berpangkal pada Dolok (Gunung) Pusukbuhit. Dinding kaldera sekeliling danau adalah tubuh.

Dulu orang Batak yang berdiam di daratan Samosir meyakini tano gonting, tanah genting di Pangururan adalah tali pengikat Samosir ke Pusukbuhit di sisi barat danau. Tanah genting itu juga diyakini sebagai jalur lintasan para roh leluhur dari puncak Pusukbuhit ke Samosir.

Ketika L.C. Welsink, Residen Tapanuli mengerahkan rodi menggali tanah genting itu menjadi terusan pada tahun 1905-1907, orang Samosir ketakutan. Jika tanah genting yang dianggap tali pusar itu dipotong maka, menurut mereka, roh leluhur akan murka lalu Samosir akan tenggelam ke dasar danau. 

Ketakutan orang Samosir tak terbukti. Saat terusan sepanjang 1.5 km itu selesai, lalu digenangi air,  menghubungkan selatan dan utara danau  di sisi barat, Samosir tak tenggelam.  Sejak itulah daratan Samosir resmi mendapat status pulo, pulau. Saat diresmikan tahun 1913, terusan itu dinamai Terusan Wilhelmina -- mengambil nama Ratu Belanda. Setempat disebut Tano Ponggol, tanah patah.

Kendati daratan Samosir urung tenggelam, orang Batak di Samosir atau Kaldera Toba umumnya tetap menganggap Pusukbuhit sebagai gunung suci.  Gunung itu adalah kiblat yang disucikan. Dia adalah "titik nol" penciptaan banua tonga, portibi atau bumi manusia.

Gunung Pusukbuhit, Kaldera Toba tampak dari udara. Latar depan (timur) adalah Pangururan, latar belakang (barat) lembah Limbong-Sagala, tempat Sianjurmula-mula berada. Bagian berwarna putih pada lereng bawah adalah sumber air panas. Tanah genting adalah Terusan Wilhelmina atau Tano Ponggol (Foto: kendhil.com)

Mitologi Pusukbuhit

Kosmologi orang Batak Tua menggunakan perpektif "bumi datar" (flat earth). [2]  Bumi dipersepsikan sebagai bidang datar, disebut Banua Tonga, Benua Tengah tempat manusia.  Di atasnya ada Banua Ginjang, Benua Atas, swargaloka tempat semayam Dewata Agung Mulajadi Nabolon, Maha Pencipta. Lalu di bawahnya ada Banua Toru, Benua Bawah, tempat semayam para dewa-dewi "pengendali" tanah dan air.

Banua Tonga  yang dimaksud dalam kosmologi Batak  tentu saja Tano (Tanah) Batak. Konsisten dengan itu, manusia pertama dalam kosmologi tersebut adalah orang Batak.

Kisahnya, sebuah mitologi, begini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline