Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Walau Samudera Bergelora, Teguh Kudayung Bidukku

Diperbarui: 7 Maret 2021   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan Rembrand, Angin Ribut di Danau Galilea (Foto: www.gardnermuseum.org via wikipedia.org)

Lagu  Nang Gumalunsang Angka Laut, Walau Samudera Bergelora, mungkin adalah kidung gerejani paling terkenal dan paling populer di lingkungan gereja-gereja Kristen Batak. 

Setiap umat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), HKI (Huria Kristen Indonesia), dan GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) pasti tahu lagu itu. Kalau taktahu, berarti dia takpernah ke gereja.

Lagu itu adalah lagu wajib untuk setiap kelompok koor gereja Kristen Protestan berumat Batak. Koor Ama (Bapak), Koor Ina (Ibu), Koor Parari Kamis (Janda), dan Koor Naposobulung (Muda-Mudi), semua wajib menyanyikannya.

Syair lagu itu sangat indah, puitis. Mengambil inspirasi dari peristiwa perahu yang ditumpangi Yesus dan para muridnya diterjang badai di tengah danau Galilea.  Suatu peristiwa yang mengajarkan bahwa setiap badai yang menerjang bahtera kehidupan pasti bisa dilalui, bila setia berpegang pada Yesus.

Tapi lagu itu juga mengambil inspirasi dari keseharian masyarakat  Batak Toba di tepian Danau Toba.  Entah itu berperahu untuk menangkap ikan atau bepergian ke kampung lain, lazim warga pesisir danau itu bertarung melawan gelombang di tengah danau.  

Karena itu lagu rohani ini boleh dibilang sebagai lagu gerejani yang inkulturatif. Klop dengan kultur orang Batak Toba yang berkoevolusi dengan ekosistem Danau Toba. Tak heran jika lagu ini sangat mengena di hati orang Batak yang menganut agama Kristen Protestan. 

***

Syair lagu itu mengibaratkan perjalanan hidup manusia menuju surga ibarat mengayuh perahu di tengah laut bergemuruh. Banyak musuh yang berniat menenggelamkan perahu itu. Tapi jika berpegang pada Yesus, percaya pada kuasa sabda-Nya, semua musuh akan menyingkir. Lalu, pada akhirnya, perahu kehidupan akan berlabuh di surga, kedamaian abadi.

Kata per kata, kalimat per kalimat, dan bait per bait lagu itu sangat dalam, kuat, menguatkan, dan memberi harapan. Cobalah simak perlahan:

Nang gumalunsang angka laut.
Nang rope halisungsung i.
Laho mangharomhon solukki.
Molo Tuhan parhata saut.
Mandok hata na ingkon saut.
Sai saut doi, sai saut doi, sai saut doi.

(Walau samudera bergelora. Sekali pun puting-beliung melanda. Tuk menenggelamkan bidukku. Jika Tuhan berkata jadilah. Maka sabda-Nya pasti terjadi. Pasti terjadi, pasti terjadi, pasti terjadi.)  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline