Lihat ke Halaman Asli

Upacara Tiwah

Diperbarui: 15 Agustus 2025   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Upacara Tiwah adalah salah satu tradisi adat yang sangat penting bagi masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Upacara ini dilakukan sebagai penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal, dengan tujuan menghantarkan arwahnya menuju Lewu Tatau atau alam baka menurut kepercayaan Kaharingan. Karena yang diperlukan dalam ritual Tiwah adalah tulang-beluang orang yang telah meninggal. Tiwah tidak hanya menjadi momen sakral, tetapi juga menjadi peristiwa sosial yang melibatkan seluruh keluarga, kerabat, bahkan masyarakat sekitar. Setelah menunggu waktu yang lama, barulah makam nya bisa digali, kemudian melakukan berbagai ritual dan tulang-belulang tersebut akan diletakkan ke dalam "Sandung". Selama berlangsungnya upacara, suasana desa biasanya dipenuhi musik tradisional, penyembelihan hewan kurban, tarian adat, ritual doa, dan hidangan yang disajikan untuk para tamu.
   Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau agar dapat Bersatu dengan nenek moyangnya serta sangiang. Tiwah ini memiliki maksud bagi masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah sebagai prosesi untuk melepas kesialan bagi keluarga yang di tinggalkan. Hari pertama diisi dengan prosesi mambatur, yaitu pembukaan ritual dan pemberitahuan kepada roh leluhur bahwa upacara akan dimulai. Diiringi musik gong dan tarian tradisional mangajan, suasana terasa khidmat namun meriah. Pada hari kedua, dilakukan prosesi pengambilan tulang-belulang dari makam untuk dibersihkan dan dibungkus kain khusus. Seluruh keluarga mengenakan pakaian adat berwarna cerah sebagai simbol sukacita karena roh akan segera mencapai tempat yang damai. Hari ketiga hingga kelima diisi dengan berbagai ritual, seperti mangajang (tarian penghormatan), manajah antang(memanggil roh), dan puncaknya adalah pemasukan tulang ke dalam sandung. Di akhir acara, semua tamu menikmati hidangan bersama sebagai tanda rasa syukur. Di tengah upacara, hewan seperti kerbau, babi, dan ayam dikurbankan sebagai persembahan kepada para arwah dan dewa pencipta. Salah satu simbol pemghormatan kepada roh leluhur dalam prosesi ini adalah Sapundu, tiang kayu berukir tempat hewan kurban diikat sebelum disembelih.
Bagi masyarakat Dayak, kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah fase transisi menuju alam roh. Roh seseorang dianggap belum benar-benar tenang sebelum melalui Tiwah. Jika tidak dilaksanakan, diyakini arwah dapat mengganggu keluarga yang masih hidup. Melalui Tiwah, roh diantar menuju Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, alam keabadian, agar dapat beristirahat dalam damai bersama para leluhur.
Acara ritual tiwah ini terlihat jelas semangat kebersamaan masyarakat. Semua orang, baik tua maupun muda, ikut serta membantu tanpa pamrih sehingga dapat terlaksana. Bagi masyarakat Dayak Ngaju, sangat antusias dalam melaksanakan dan mengikuti ritual Tiwah ini, tiwah bukan sekadar ritual agama, melainkan juga pesta adat yang menguatkan hubungan sosial dan mempertahankan warisan leluhur. Karena merupakan tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun temurun.
  Upacara Tiwah di Desa Tumbang Miri berlangsung dengan khidmat dan meriah, memperlihatkan kekayaan tradisi serta semangat gotong royong masyarakat Dayak Ngaju. Seluruh rangkaian acara, mulai dari persiapan hingga prosesi puncak, berjalan dengan lancar berkat kerja sama keluarga almarhum dan warga desa. Tradisi ini bukan hanya menjadi bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal, tetapi juga menjadi sarana mempererat tali persaudaraan dan melestarikan budaya leluhur. Dengan adanya upacara Tiwah, generasi muda diharapkan tetap mengenal, menghargai, dan meneruskan warisan budaya yang penuh makna ini bagi masyarakan dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline