Lihat ke Halaman Asli

Moh Tamimi

Satu cerita untuk semua

Mengenang Kekasih

Diperbarui: 30 Juli 2021   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apakah yang tersisa malam ini, kekasih, bila kebahagiaan selalu terlihat sama dan ketidakbahagiaan melalui jalannya masing-masing?*

Kau bukan lagi dewiku, dewi padi yang selalu menghidupiku dengan bulir-bulir kebahagiaan yang kaupersembahkan dalam setiap ketundukanmu.

Aku bukan lagi abdimu, dewi. Aku bukan lagi cinta yang kau harapkan.

Beban berat yang kau angkat dalam ketundukanmu pada matahari diruntuhkan begitu saja oleh para petani dengan sekehendak mereka, tiada lagi persembahan bagi sang dewi.

Peluk aku, peluk aku sekali lagi, dan tinggalkan aku tanpa menyisakan sekeping kenangan pun, bawa semua reruntuhan kenangan ini bersamamu.

Jibril menulis di atas lontar pikiran manusia dengan pena keabadiaan "kun" yang ia dapat dari Sang Rabbi tanpa huruf-huruf atau suara-suara, lahirlah puisi pertama.

Sera Tengah, 25-30 Juli 2021

*terinspirasi tulisan Leo Tolstoy




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline