Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Gaya Rambut; Admin yang Diskriminatif

Diperbarui: 14 April 2023   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Canva 4 Edu

Malam ini saya membuka kompasiana. Ada angka merah pada menu notifikasi bertanda lonceng di sudut kanan atas. Tentu angka merah itu bukan nilai rapor. Kompasianer pasti tahu dan mengalami rasa girang karena angka itu bisa berupa respon sesama kompasianer atau adanya topik pilihan yang ditawarkan admin untuk dijadikan tulisan.

"Klik...!" Saya menekan fitur notifikasi tersebut. Benar saja salah satunya berisi topik pilihan yang ditawarkan admin sebagai bahan dasar tulisan. Topik itu tentang gaya rambut. Rambutnya dihubungkan dengan nasib pula. Apa hubungannya rambut dan nasib? Pertanyaan ini tidak perlu dijawab. 

Saat membaca topik pilihan tersebut, saya pikir admin kurang peka, tidak empati, dan tidak memiliki selera humor. Mengapa harus menawarkan gaya rambut? Ini diskriminatif. Tidakkah admin paham? Ada banyak orang tidak lagi dapat membanggakan diri dengan mahkota bernama rambut itu. Banyak orang sudah kehilangan kesempatan untuk memilih bentuk rambut yang diinginkannya. hihi

Mengapa? Tidak perlu menempuh sekolah tinggi untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak mendapatkan empati admin.

Ketika ajakan untuk menulis tentang gaya rambut, saya tidak tahu seperti apa model rambut yang bisa saya pilih. Apalagi ajakan untuk menuliskan potongan rambut yang dianggap sesuai dengan penampilan. 

Saya juga tidak ingin kembali ke masa lalu ketika rambut saya mengalami masa keemasan. Kembali ke masa lalu tentu tidak salah tetapi saya lebih memilih menatap masa depan tanpa disibukkan dengan gaya rambut.

Baiklah..! Saya bisa saja memilih sebuah gaya rambut untuk menyambut tahun baru 2023. Namun terbatas sampai pada titik ini. Hanya berhenti pada pilihan dan selera. Selebihnya pilihan dan selera itu tidak akan menjadi kenyataan.

Satu-satunya penampilan yang bisa saya pilih adalah hidup tanpa rambut. Menjadi botaker. Sebuah istilah untuk menyebut seseorang dengan kepala botak.

Menjadi botaker bagi saya sebuah pilihan sekaligus bukan pilihan. Sebagai pilihan saya harus menjadi botaker karena alasan di atas. Saya tidak merasa memiliki kekuatan hidup dengan rambut yang kosong pada bagian tertentu. Lebih baik gundul sekalian. 

Saya mulai memilih menjadi botaker sejak 6 sampai 7 tahun terakhir. Penyebabnya karena rambut saya hanya bisa bertahan dalam beberapa helai sahaja pada kepala bagian atas sampai ke area depan. Pada saat yang sama warnanya juga memutih. Sudah tumbuhnya jarang, putih pula. (Silakan tersenyum)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline