Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Mati Terhormat Cara Andrew Carnegie

Diperbarui: 8 Agustus 2021   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andrew Carnegie: iphincow.com

Jika ingin terhormat, meninggallah dengan harta yang sudah tersalurkan untuk banyak orang. Untuk kemanusiaan. Jika meninggal dan Anda tetap kaya, Anda sangat hina.

Itu yang dikatakan sang crazy rich asal Skotlandia, Andrew Carnegie (1835-1919) dalam artikelnya The Gospel of Wealth. Andrew tidak hanya berucap, ia melakukannya. Di atas muka bumi modern ini, belum ada yang menandinginya.

Ia memercayai Gospel of Wealth yang berarti orang-orang kaya wajib mengembalikan uangnya kepada masyarakat. Yang paling terlihat, Andrew telah membangun 2.000 perpustakaan di seluruh dunia.

Pada 1911, 90 persen kekayaannya telah disumbangkan lewat Carnegie Corporation untuk membantu perguruan tinggi, sejumlah sekolah, dan lembaga peradilan.

Ayat-ayat tidak berdusta, dan semesta pun tak ingkar janji. Orang-orang super kaya seperti George Soros, Warren Buffet, Carlos Slim, Jeff Bezos, Steve Ballmer, Mark Zuckerberg, Larry Ellison, dan Michael Bloomberg, adalah sekaligus dermawan paling tidak masuk akal. Hitungannya triliunan rupiah.

Pada 600 SM, Filsuf Tiongkok Lao-Zu sudah mengingatkan, jika ingin mengambil, Anda harus memberi lebih dulu. Inilah awal mula kecerdasan. Ini menjadi sulit dalam pakem rasional.

Tidak dibicarakan dalam ilmu ekonomi manapun. Tidak ada dalam kredo Adam Smith, tidak tertulis dalam buku politik ekonomi David Ricardo, atau teori moneter Irving Fisher dan John M. Keynes.

Seperti membalikkan cara berpikir Adam Smith, Bapak Ekonomi yang satu puak dengannya. Smith menulis The Wealth of Nation yang berpaku pada kekuatan kapital untuk menghasilkan pelipatgandaan profit, Andrew datang dengan The Gospel of Wealth, berupa pengurasan kekayaan pribadi demi kehidupan.

Orang-orang kaya harus melepas prinsip dasar ilmu ekonomi untuk sampai ke taraf filantrofis. Memberi tanpa pamrih, tanpa ekspekstasi pada profit adalah wilayah belief system, mencakup ke dalam dogma dan metafisika.

Teori-teori ekonomi nyaris tidak memberi peluang bagi nilai tambah kemanusiaan, sampai itu terlihat berguna. Orang-orang kaya yang bertahan pada kredo prinsip ekonominya, justru akan mengenggam uangnya ketat-ketat di pintu gerbang krisis ekonomi dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline