Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ruangan Gelap

Diperbarui: 18 Februari 2019   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Melodi yang sangat berantakan. Dipersembahkan daun-daun berserakan. Disapu angin dingin Bulan Februari. Pada pertunjukan permulaan musim semi. Di negeri yang hanya punya hujan dan matahari.

Memori yang penuh kericuhan. Dikacaukan oleh kepulangan percikan-percikan kenangan. Menyusur urat syaraf kebas, di benak yang tak mungkin dipasang pagar berduri bagi pelintas batas.

Memento mori. Kalimat singkat yang mengingatkan akan mati. Mendekam di sudut mata hati. Mencengkeram kuat seumpama janji-janji yang mesti ditepati.

Kain mori. Ditenun untuk tidak melupakan bagaimana kita nanti. Hidup sekarang untuk mati kemudian. Bukan demi hidup sekarang, mati kelak dipikir kemudian.

Dalam hidup, kita ada di sebuah ruangan yang sebenarnya digelapkan. Kita meraba-raba untuk tahu kebenaran itu apa. Itupun sesudah menelan kesalahan berulangkali. Lalu memuntahkannya lebih dari sekali. Setelah sadar diri.

Tembilahan, 18 Februari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline