Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mempersilahkan Hilal Datang

Diperbarui: 16 Mei 2018   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyaksikan dari sini.  Udara menggulung awan.  Lipatan demi lipatan. Membersihkan langit dari semua yang menutupi.  Agar bisa mempersilahkan hilal datang dengan senang hati.

Segenap cinta berkumpul di muara. 

Dari hulu sungai kepada akar-akaran yang setia menyimpan airnya di saat kemarau melimpahi bumi dengan kekeringan yang mencekik.  Dari kabut terhadap hujan yang bersedia melahirkan anak-anak gerimisnya di saat para petani membenahi pematang dan menegakkan kembali batang-batang padi yang nyaris roboh.  Dari jendela rumah kepada angin yang mendorongnya terbuka agar wangi bunga-bunga di halaman sampai ke penciuman pemilik rumah yang sedang berduka oleh sebab-sebab kerumitan dunia.

Segenap cinta mendekati malam pertama di bulan yang diciptakan sempurna.

Dari percakapan seru anak-anak setelah pulang tarawih dan bercerita tentang jenis-jenis kue lebaran nanti.  Dari obrolan ibu-ibu tentang apa yang mesti dimasaknya untuk sahur dinihari.  Dari perbincangan bapak-bapak sebelum tadarus bahwa waktu puasa akan semakin panjang di tahun ini.

Sore perlahan mengudap kegelapan.  Petang mulai menyantuni anak-anak malam.  Inilah saatnya.  Selamat datang hilal.  Selamat berjumpa Ramadan.

Pekanbaru, 16 Mei 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline