Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Cerpen | Seseorang yang Menyenangi Kematian

Diperbarui: 18 Maret 2018   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (pixabay)

Ruangan itu adalah ruangan di mana tangisan dan caci maki berkumpul. 

Begitu pintu dibuka dan ranjang yang membawa sebujur tubuh kaku berselimut putih didorong masuk, meledaklah tangisan orang-orang yang merasa kehilangan.  Menggerung-gerung tak karuan.  Dalam hati mereka yang menangis, bagaimana aku bisa hidup tanpamu.  Dalam hati tubuh kaku itu,  barangkali mati malah membebaskanku.

Tak jauh waktunya dari jenazah pertama, jenazah kedua dibawa masuk oleh petugas yang sama.  Lelaki berwajah tirus dengan muka pucat.  Barangkali sama pucatnya dengan mayat yang berjajar di dalam.  Datar.   Sedatar meja marmer tempat autopsi ruang sebelahnya.

Sebelum sempat masuk ruangan.  Serombongan orang berlarian mengejar jenazah kedua.

"Bajingan!"

"Pembunuh tak berhati.  Mampuspun rasanya masih ingin kubunuh!"

"Bangsat seperti itu mati berapa kalipun aku tidak rela!"

Rupanya jenazah kedua adalah jenazah seorang pembunuh.  Mati ditembak polisi ketika mencoba melarikan diri saat ditangkap.  Orang-orang yang berteriak tidak terima adalah keluarga korban yang dibunuhnya.

Setelah orang-orang kalap itu berhasil dihalau oleh petugas keamanan, suasana berubah tenang.  Petugas kamar jenazah memasukkan jenazah ke dalam.  Masih dengan muka pucat dan datar.  Menunggu telepon untuk menjemput jenazah berikutnya. 

Hari ini hanya ada dua.  Dia butuh paling tidak lima supaya muka pucatnya menjadi ceria.  Dia sangat menyukai kematian.

-----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline