Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Truk Gandeng

Diperbarui: 22 April 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beriringan membelai aspal jalanan. Berbedak debu, bergincu lumpur bekas hujan. Keriut baut dan as roda menggigit keramaian. Terhuyung huyung angkut beban kehidupan.

Setia membelah dingin malam, lalu meniduri siang.  Berhenti saat haus menghampiri, atau lapar menerjang.  Lebatnya terik menguyup memanggang. Tak dipedulikan, karena begitulah nasib menggantang.

Terpisah sementara hanya saat lelah mencapai derak lutut. Lalu bergandengan lagi memacu angin yang sedang kalut. Menuju tempat berlabuh di sudut sudut. Gudang dan pelabuhan yang carut marut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline