Lihat ke Halaman Asli

Milenial Berpolitik

Generasi Milenial yang sadar pentingnya berpolitik

PDIP Surabaya Pecah, Pertanda Kekalahan Erji?

Diperbarui: 24 November 2020   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mat Mochtar, Tokoh Senior PDIP Surabaya yang membelot dan memusuhi PDIP Surabaya.

Kontestasi Pilwali Surabaya nampak semakin menarik. Aksi Saling tuding saat debat perdana, saling adu program kerja, saling rebut simpati pendukung, saling gusur baliho umbul-umbul, perang media masa, adu loyalitas pendukung dan lain sebagainya menambah warna dalam hiruk-pikuk pergulatan kampanye kedua paslon.

Tidak sampai disitu, kabar perpecahan tokoh dalam partai pun santer terdengar. Bahkan gosipnya salah satu partai mulai retak karena isu jual beli rekom salah satu paslon. Yang lebih panas adalah mencuatnya istilah 'petugas partai' dan fakta bahwa kader loyal tergeser dengan kader karbitan yang memegang rekom dengan harga fantastis.

Sebutan 'petugas partai' ini santer diperbincangkan netizen saat beredar luas video petinggi partai merah bermoncong sedang berpidato di depan kadernya. Dalam video tersebut jelas bahwa siapapun ia yang menjadi pemimpin kota kabupaten bahkan negara mereka adalah tetap bertugas sebagai 'petugas partai'. Tugasnya apa? Mungkin membuat kebijakan yang menguntungkan partainya? Entahlah, apapun itu pastinya ini ada kaitannya dengan sistem kaderisasi partai tersebut.

Di lain hal, dikisahkan bahwa partai merah bermoncong tak lagi straight on the Marwah nya, tegas salah satu anak mantan tokoh DPC partai tersebut.

Entah siapa yang salah dan menyalah, yang jelas Seno, sapaan akrab pria yang mempunyai background partai merah bermoncong, mendeklarasikan dirinya sebagai pendukung Machfud, ia dan rekan sepemahamannya bahkan berkomitmen untuk memberikan lebih dari 50% suara kader mereka untuk mendukung pasangan Machfud Mujiaman.

Walau pada akhirnya mereka dianggap pembelot partai. Namun keberaniannya dalam mengambil sikap politik secara bijak untuk melepaskan diri dari belenggu partai perlu diacungi dobel jempol. Alasan dibalik 'pembelotan' tersebut adalah karena Seno menganggap bahwa pencalonan Eri sebagai Calon walikota belum mencapai mufakat dalam partai.

Tidak hanya itu, ia juga menganggap bahwa Eri sebagai sosok baru dalam partai yang kurang capable untuk memimpin Surabaya, secara implisit Seno ingin menegaskan bahwa Wishnu, adiknya, dirasa lebih kompeten dan cocok daripada calon yang diusung hari ini.

Jelas bahwa pembelotan ini menguntungkan pihak Machfud, bahkan ia digadang-gadang akan menang telak dari Eri, sesuai hasil survei dari salah satu lembaga terpercaya di Indonesia.

Lantas bagaimana menurut anda? Salahkan membelot Atau tetap bertahan dalam situasi drama partai yang semakin membingungkan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline