Lihat ke Halaman Asli

Menulis Itu Obat

Diperbarui: 19 Februari 2017   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah otak ini berpikir tak menentu, tak jelas arahnya, dan yang diinginkannya pun penuh keraguan maka bagi saya obatnya adalah duduk di depan laptop buka microsoft word dan merangkai tulisan lewat keyboard. Hal ini sudah menjadi rutinitas saya semenjak saya menjabat sebagai mahasiswa. Curhat paling memuaskan pikiran bagi saya adalah menulis. Karena penyelesaian masalahnya bisa dijadi disumbang pembaca-pembaca yang lain atau pun diri penulis sendiri saat membaca ulang tulisannya.

Menulis pada dasarnya kegiatan otak untuk terus aktif merangkai kata, berfikir akan makna dan membaca ulang akan kesesuaian. Tiga komponen menurut penulis ini menjadi hal pasti terjadi dalam kegiatan menulis. Dari berbagai banyak kejadian selalu memadukan tiga hal penting ini.

Saat menulis ini menjadi obat dalam problem yang ada dalam pikiran maka bagaimana dengan perasaan sakit dari raga kita, bisakah menulis masih menjad obat? Penulis tetap menjawab ya. Belajar dari pengalaman dua hari terahir ini raga ini sebenarnya sudah mulai rapuh dari saking banyaknya aktifitas yang saya lakukan. Saya pun menluangkan waktu untuk menulis mentransfer apa yang sedang saya pikirakan kedalam sebuah teks. Tulisan itu berjudul “ketika manusia dilanda kesibukan”.

Tulisan ini benar-benar mengobati saya, dari penyakit rasa malas dan penyakit kurang semangat. Dalam tulisan “tiket awal menulis skripsi” sebenarnya hasil curhatan pikiran saya bahwa atas ketidak siapan menulis skripsi. Maka dengan menulis judul itu, saya pun dengan percaya diri seakan-akan seketika itu merasa siap dan kembali bersemanga lagi.

Di samping sebagai obat menulis bagi saya menjadi kebutuhan sebagaimana penjual kepada pembeli dan pembeli kepada penjual. Jadi dari apa yang saya baca, baik mengenai kehidupan ataupun teks dalam buku. Semua akan jadi alat ukur sejauh mana hasil bacaaan kita bisa teraktualisasi dalam tulisan dan kemudian bisa bermanfaat untuk saya pribadi dan juga pembaca yang lain. Semoga saya tetap bisa menulis, walalupun hanya berupa tulisan lepas seperti ini. Amin ya robbal a’lamin. Wallahu a’lam bisshowab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline