Lihat ke Halaman Asli

Mex Rahman

TERVERIFIKASI

Son-Brother-Friend

Tania

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1421638817948852671

Hay, kau boleh memanggilku Jack, tapi itu bukan namaku. Teman-teman kuliahku yang memberikan nama itu. Mereka memanggilku Jack, Jack Dawson. Terdengar seperti nama yang digunakan Leonardo Di Caprio dalam film Titanic. Itu bukan karena aku memiliki wajah yang mirip dengannya, tapi karena menurut mereka aku memiliki kebiasaan yang hampir mirip dengannya, melukis sketsa wanita telanjang. Terdengar lucu, tapi itulah yang terjadi. Aku senang mereka memanggilku Jack, aku harap itu memang namaku. Dan sekarang itu jadi namaku.

Waktu kecil, aku siswa terbaik di sekolah. Bukan karena aku suka belajar, tapi kurasa pendidikan adalah jalan keluar terbaik untuk pergi dari rumah. Tak ada yang salah dengan rumahku, itu hanya sebuah rumah yang membosankan melebihi yang lainnya. Sebuah rumah yang dihuni oleh 3 orang, Papa, Mama dan aku.

Aku sangat menyayangi Papa, tapi aku tak mau menjadi seperti dirinya. Dia orang yang berwajah serius dan selalu gelisah. Angka adalah hidupnya, dia adalah seorang akuntan. Dia mengharapkan aku akan meneruskan usaha yang dibangunnya. Tapi aku mempunyai rencana yang lebih besar darinya, menjadi seorang pelukis.

Mama mendukung cita-citaku, namun Papa tak pernah menyetujuinya. Itu benar-benar menghancurkan rencana besarku. Dan itu kobarkan kebencian diantara aku dan Papa. Sejak saat itu, kuputuskan setelah lulus SMA aku pergi dari rumah untuk menggapai cita-citaku dengan caraku sendiri. Mungkin itu juga akan hancurkan rencana besar Papa.

←♥→

Kuakui, kesepianku dan obsesiku pada lukisan memicu angan-anganku. Kesepian dan obsesi itu yang akhirnya membawaku ke tempat ini. Sebuah tempat yang berisi gedung-gedung kuno yang megah, eksotis dan klasik peninggalan masa kolonial. Jalanan yang terbuat dari paving. Tempat itu dikelilingi kanal-kanal air. Lampu-lampu jalan yang tinggi menjulang begitu serasi dengan kilau sinar bulan di malam hari. Kemewahan dan kemegahan bangunan Eropa masa lampau dapat dilihat langsung disini. Penduduk setempat menamainya Kota Lama, ada juga yang menyebutnya Little Netherland.

Ketika siang hari, kau akan menemukan tempat ini terlihat biasa-biasa saja. Hanya lalu lalang kendaraan memadati  jalan, pedagang-pedagang kaki lima dan gedung-gedung tua yang kini menjadi perkantoran dan kawasan bisnis. Namun suasana berubah drastis di malam hari. Kota Lama begitu cantik dengan sorot sinar bulan. Di saat inilah, kota lama dipenuhi para muda-mudi, pedagang, wisatawan, serta fotografer.

Dari sekian banyak bangunan-bangunan kuno disana, Gereja Blendug adalah yang paling populer. Sebuah gereja yang berbentuk heksagonal dengan atap kubah besar dilapisi perunggu berwarna merah, sangat kontras dengan dindingnya yang berwarna putih. Empat pilar kokoh dan menara kembar yang beridiri di depannya menambah kesan eksotis gereja ini. Konon katanya, gereja ini adalah yang tertua di provinsi ini.

Gedung ini menjadi tempat faforit nongkrong anak muda seusiaku. Bentuknya yang indah serta klasik, membuat gedung ini sering digunakan sebagai tempat pemotretan pasangan yang akan menikah.

←♥→

Meski Gereja Blendug menjadi tempat favorit bagi para anak muda sesusiaku dan tempat favorit para fotografer serta sejoli yang sedang melaksanakan pemotretan pre wedding, namun itu tidak berlalu bagiku. Aku lebih tertarik dengan sebuah gedung kosong yang berdiri tegak tidak jauh dari Gereja Blendug yang terletak berseberangan dengan Taman Srigunting. Sebuah gedung tua yang dulunya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) . Gedung tua itu berwarna merah marun yang sangat khas, memiliki dua lantai dengan tebal dinding 20-an cm dan di depannya ditumbuhi pohon-pohon besar yang menyejukkan terkesan begitu cantik, eksotis, artisitik dan mewah. Gedung itu diberi nama MARBA sesuai dengan nama orang  yang memprakarsainya, seorang saudagar kaya raya asal Yaman, Marta Badjunet. Di tempat itu aku banyak menghabiskan waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline