Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Pesona Pameran Karya Butet Kertaredjasa "Melik Nggendong Lali": Merawat Amarah Menjadi Berkah

Diperbarui: 11 Mei 2024   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal (Photographer: Andriyanto & Taruli/Kopaja71)

Hari ini, bersama para Kompasianer yang bergabung dalam Komunitas Kopaja71 (Kompasianer Jakarta 71), saya memasuki ruang penuh inspirasi di Galeri Nasional. Di sana, Pameran Tunggal Butet Kartaredjasa, berjudul "Melik Nggendong Lali", memukau kami dengan kekuatan wirid visualnya.

Karya ini merupakan hasil dari 90 hari wirid visual yang dilakukan oleh Butet Kartaredjasa. Wirid ini tidaklah biasa; ia adalah sebuah rapalan doa yang tak henti-hentinya mengalir, sebuah doa untuk dirinya sendiri dan untuk negeri. Namun, apa yang membuat wirid ini begitu istimewa adalah cara Butet melaksanakannya.

Butet memulai ritualnya dengan menuliskan nama lengkapnya sendiri. "Bambang Ekolojo Butet Kartaredjasa," katanya, suaranya penuh dengan ketenangan. Namun, inilah yang membuat proses ini begitu unik; nama lengkap Butet tidaklah umum diketahui oleh semua orang.

Hal tersebut bukanlah tugas yang mudah, karena kesalahan dalam menuliskan nama harus diulang dari awal. Saya sangat terpesona oleh dedikasi Butet terhadap proses ini. Setiap huruf yang ditulisnya adalah bagian dari sebuah doa yang mendalam, sebuah upaya untuk mencapai kesempurnaan spiritual.

Dan, dalam setiap kali menuliskan nama lengkapnya, Butet juga memberikan doa untuk negeri ini, seperti riuhnya kereta api di Stasiun Gambir yang terlihat dari jendela galeri.

Karya Butet Kertaredjasa di "Melik Nggendong Lali",  sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pada kesempatan bertemu dengan kami dari Komunitas Kopaja71, Butet juga menyampaikan bahwa karya-karyanya yang dipamerkan dalam "Melik Nggendong Lali" tersebut merupakan rasa kecewa dan marah terhadap seorang pembohong di negeri tercinta ini.

Namun demikian, beliau melampiaskan kemarahan tersebut dengan "Merawat Amarah Menjadi Berkah" sehingga jadilah karya-karya yang luar biasa yang sebagian dipamerkan dalam pameran tersebut.

Dari penuturan Butet Kartaredjasa dapat diambil pelajaran bahwa kemarahan yang dirawat bukan sekedar dilampiaskan, akan menghasilkan karya-karya yang luar biasa, yang akhirnya akan mendatangkan berkah bagi kita maupun bagi alam semesta.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal (Photographer: Andriyanto/Kopaja71)

Karya tersebut dipamerkan di Galeri Nasional, tempat yang penuh dengan karya seni rupa modern dan kontemporer, menjadi latar yang sempurna bagi ekspresi Butet. Di sini, pengunjung dapat merasakan kekuatan dan keheningan dari karya-karya tersebut, serta menyelami perjalanan spiritual dan artistik yang dilakukan oleh Butet Kartaredjasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline