Ponselku berbunyi. Saat kulihat layarnya, ternyata nomor tak dikenal. Aku sedikit ragu, namun akhirnya aku mengangkatnya. Suara penelponnya adalah laki-laki dan (terdengar)masih muda.
Dia menanyakan sebuah nama, aku lupa siapa. Lalu kubilang bahwa dia salah sambung, nomor ini bukan orang yang dia tuju.
"Oh gitu, kamu siapa? Lagi sibuk nggak? Ngobrol yuk!" kata dia.
Aku sebenarnya malas menanggapi nomor tak dikenal. Tapi ya sudah lah, toh aku sedang tidak ada kegiatan. Daripada bengong tiduran, maka aku meng-iya-kan ajakan itu. Kalau dia tidak sopan atau mencurigakan aku akan menutupnya, batinku saat itu.
Saat itu aku masih kuliah, ponselku masih merk Blackberry. Mungkin sekitar tahun 2010.
Laki-laki ini kita sebut saja namanya Andi. Kami saling bercerita tentang kegiatan masing-masing. Dia kemudian bercerita bahwa dia kuliah sambil berjualan.
"Jualan apa?" tanyaku
"Jualan baju cewek. Lumayan lho uangnya bisa buat jajan"
Lalu kubilang, bahwa aku tidak punya modal. Dia pun tertawa. Dia bilang dia pun berjualan tanpa modal sama sekali.
Mungkin sekarang kita sudah terbiasa dengan istilah kata "dropship". Namun pada tahun 2010, istilah dropship masih sangat asing untukku.
Dalam Kompas.com Dropship diartikan sebagai sistem penjualan di mana penjual atau dropshipper hanya perlu memasarkan dan menjual barang milik pihak lain tanpa perlu membelinya terlebih dahulu (menyetok barang).
Jadi seorang dropshipper (pelaku dropship) tinggal memasarkan produk, dan jika ada pembeli maka dia tinggal menghubungi pihak supplier (penjual pertama) untuk langsung mengirimkan barang kepada pihak pembeli.