Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Pahala Sembahyang dan Dosa Tidak Menjaga Bebrayan Sosial

Diperbarui: 15 Maret 2016   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku baru selesai membaca buku Cak Nun yang berjudul Gelandangan di Kampung Sendiri pada bab Bersalaman dengan Gadis Gila ketika aku duduk-duduk santai sambil menonton TV bersama bidan di klinik tempatku bekerja pada suatu siang di hari Sabtu yang lengang.

Saat itu kami menonton acara infotainment yang menayangkan keluarga geng halilintar solat bersama. Bagi yang belum tau, keluarga geng halilintar adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 11 orang anak. Entah kenapa keluarga ini sering masuk di acara infotainment di TV. Mungkin salah satu dari anggota keluarga itu adalah seorang selebritis.

“Bagus mereka ni, punya anak banyak tapi dirawat sendiri.” Kata Bu Bidan.

Perhatianku yang awalnya terfokus ke TV menjadi menoleh ke arah Bu Bidan.

“Kalau ustad-ustad di sini, punya anak banyak tapi gak ada yang diurus sama mereka. Biasanya, anak-anaknya yang ngurus kerabatnya. Paman, bibi, siapalah.” Lanjut Bu Bidan.

“Masak sih, Teh?” tanyaku tak yakin.

“Iya, mereka mah kerjaannya berdoa, berdzikir, dan beribadah aja.” Jawab Bu Bidan.

Gak tau sih, aku mah percaya gak percaya dengan informasi yang diberikan oleh Bu Bidan. Tapi gak mungkin Bu Bidan berbohong untuk masalah seperti ini. Ingatanku lalu melayang ke buku yang ditulis oleh Cak Nun itu. Di paragraf akhir, beliau menulis, ‘lebih berat mana kah takaran antara pahala tidak menyentuh tangan wanita dibanding dosa tidak memelihara bebrayan sosial?’

Kalau aku sampai ketemu ustad yang diceritakan oleh Bu Bidan, bakal aku tanyain, “Lebih berat mana sih pahala terus sembahyang dibanding dosa menelantarkan anak?”

Aku lalu teringat pada sebuah cerpen yang ditulis oleh AA Navis dengan judul Rubuhnya Surau Kami. Cerpen itu bercerita tentang seorang penjaga masjid yang bunuh diri setelah mendengar cerita dari seseorang. Apa yang diceritakannya?

Jadi, suatu saat di akhirat, seorang bernama Haji Saleh dimasukkan ke neraka oleh Tuhan. Haji Saleh ini gak terima dimasukkan dalam neraka karena sepanjang hidupnya sudah dia habiskan untuk bersembahyang dan beribadah tiada hal lain yang dikerjakannya selain beribadah. Lalu Tuhan berkata, “kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline