Lihat ke Halaman Asli

Hari yang Penuh Kejutan

Diperbarui: 15 Oktober 2022   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari bersinar diiringi dengan suara ayam yang berkokok menyambut pagi yang ceria. Setiap pagi memang seperti itu adanya. Berbeda dengan hari ini, pagiku di sambut dengan langit yang gelap, tanah serta pepohonan yang basah serta udara dingin  menyelimuti kawasan rumahku. 

Aku kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan mengambil prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Aku baru semester satu. Kebetulan mata kuliahku di semester ini ada di pagi hari yaitu pukul 07.30 WIB pada hari Selasa, Rabu, Kamis dan hanya di hari Jumat sajalah pada siang hari.

Seperti inilah pagiku di mulai. Aku di antar dan di jemput oleh Ayahku dengan menggunakan "Si Merah" yaitu sebuah sepeda motor yang memang berwarna merah. Aku tidak berani mengendarai motor sendiri karena jalanannya cukup ramai. 

Perjalanan kami berdua dari rumah untuk sampai di UIN Jakarta menghabiskan waktu tiga puluh menit. Berbeda ketika hujan seperti sekarang ini, bisa sampai lima puluh menit bahkan satu jam.

Sebelumnya tidak pernah Aku bayangkan bahwa aku dapat menuntut ilmu sampai ke tingkat perkuliahan. Menjadi seorang mahasiswa adalah mimpiku yang sekarang sedang aku jalani, tetapi melihatku menjadi seorang sarjana merupakan cita-cita terbesarku dan kedua orang tuaku.

Berada sampai di titik ini bukanlah hal yang mudah, banyak sekali rintangan yang membuatku tidak ingin untuk kuliah. Tetapi aku mempunyai kedua orang tua yang selalu menasihatiku dan selalu memberikanku semangat serta dorongan. 

Suara bising dari mesin kendaraan yang melaju sudah menjadi hal yang biasa aku dengar di pagi hari, mengiringiku hingga sampailah aku di tempat yang aku tuju.

"Nanti pulang jam berapa Teh?" tanya Ayahku.

" Kira-kira jam setengah empat Yah, nanti Teteh kabarin lagi."

"Ouh yaudah nanti Ayah jemput, tungguin aja ya." 

"Oke Ayah, Assalamu'alaikum," ucapku sambil mencium tangan Ayahku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline