Di malam kedua kami di Madinah, langit begitu bersih. Lampu-lampu Masjid Nabawi menyala lembut, membentuk siluet menenangkan di tengah dinginnya angin gurun. Jamaah berjalan perlahan menuju masjid, dengan langkah-langkah penuh harap. Tapi malam itu, bagiku terasa berbeda. Lebih dari sekadar ibadah biasa, ada rasa syukur yang tak bisa kusembunyikan. Semuanya berawal dari sebuah percakapan santai dengan Pak Mulyadi—teman sekamar di hotel sekaligus sesama jamaah haji dari Tulungagung, Jawa Timur.
"Sampeyan sudah install MeccaBot, belum?" tanyanya sambil memperlihatkan ponselnya.
Aku melirik penasaran. Di layar ponselnya ada aplikasi bernama MeccaBot, yang katanya dikenalnya dari anak-anak ITS ketika di Asrama Haji Sukolilo. Waktu itu, Pak Mulyadi bersama istrinya mengenakan batik biru seragam Kloter 1, dan anak-anak muda berseragam jas almamater biru itu dengan sabar membantu para jamaah menginstal aplikasi. Aku masih ingat beliau bilang, "Awalnya saya pikir ini cuma aplikasi biasa, tapi ternyata luar biasa."
Sore itu di lobi hotel, beliau dengan sabar mengajari kami yang lain cara menggunakan MeccaBot. Dan jujur, sejak saya mengunduh aplikasi itu, pandangan saya tentang ibadah haji—khususnya selama di Madinah—berubah total.
Ibadah yang Lebih Bermakna di Masjid Nabawi
Hari pertama di Masjid Nabawi, biasanya hanya fokus pada ziarah ke makam Rasulullah ﷺ dan Raudhah. Tapi dengan MeccaBot, saya merasa seperti punya pemandu pribadi. Ada panduan adab memasuki masjid, waktu-waktu terbaik ziarah, hingga tips agar bisa khusyuk walau suasana sangat ramai.
Namun yang paling menyentuh, MeccaBot mengajarkan kami untuk beribadah lebih dalam: bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk sesama.
Saya menemukan fitur yang menjelaskan cara membagikan air zam-zam untuk jamaah lain, lokasi tempat wakaf Al-Qur’an, bahkan toko-toko sekitar masjid yang menyediakan mushaf baru yang layak untuk diwakafkan. Petanya jelas. Penjelasannya singkat tapi menyentuh. Bahkan ada video yang mengajarkan cara menyerahkan Al-Qur’an ke rak mushaf dengan adab yang baik.
Saya jadi teringat ibu saya di rumah. Dulu beliau selalu berkata, "Kalau ke Tanah Suci, jangan hanya minta, tapi juga beri." Kini, dengan MeccaBot, saya bisa melakukannya.
Beramal Tanpa Nama
Malam itu saya pergi ke salah satu toko yang disarankan MeccaBot, membeli dua mushaf. Lalu, saya masuk ke Masjid Nabawi lewat pintu 25, seperti yang diarahkan aplikasi. Saya meletakkan mushaf itu di rak dengan hati yang bergetar. Tidak ada yang tahu. Tidak perlu ada yang tahu. Tapi saya merasa ini adalah ziarah terbaik dalam hidup saya.
Keesokan harinya, saya juga membantu seorang bapak lanjut usia mencari kursi lipat. Berbekal info dari MeccaBot, saya tahu lokasi tempat penyimpanan kursi terdekat. Setelah saya antarkan, beliau menggenggam tangan saya dan berkata pelan, "Semoga Allah balas kebaikanmu."