Lihat ke Halaman Asli

Pemanfaatn Limbah Organik Rumah Tangga Guna Peningkatan Ekonomi Masyarakat Ledoknongko Melalui Kompos

Diperbarui: 28 Agustus 2023   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sampah merupakan limbah aktivitas manusia dan proses alam yang berbentuk padat, sampah dapat dibagi atau dikategorikan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan hayati yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme seperti sisa makanan, sayuran, daun, dan buah-buahan. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari bahan non hayati dan terurai dalam waktu yang sangat lama. Sampah organik banyak dihasilkan dari kegiatan rumah tangga.

Sampah organik memiliki kadar air tinggi sehingga mudah membusuk. Bau busuk dari sampah organik dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan menyebabkan wabah penyakit. Sampah organik yang digunakan kali ini dihasilkan di sekitar rumah warga Ledoknongko yang di kumpulkan oleh remaja ledoknongko. Sampah-sampah organik yang dihasilkan berasal dari kulit pisang, batang kangkung, dan kulit kacang tanah.

Pada dasarnya sampah organik tidak hanyak bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair merupakan larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan organik yang berasl dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. pupuk cair ini memiliki banyak manfaat kompos cair antara lain merangsang pertumbuhan tunas baru, merangsang kuncup bunga, dan mendorong peningkatan pembentukan klorofil daun. Kami mengajak para remaja Ledoknongko untuk memanfaatkan dan mengelolah sampah organik  menjadi kompos cair.

Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengomposan dengan menggunakan komposter :

  • Siapkan ember/jeregen sebagai komposter, cuci bersih ember sebelum digunakan.
  • Cacah sehalus mungkin sampah organik dan masukkan ke ember sebanyak seperempat volume ember.
  • Masukkan air cuci beras sebanyak 1 liter.
  • Kemudian masukkan 1 kg gula merah yang telah dilarutkan dengan 1 L air.
  • Lalu masukkan EM4 100 ml yang telah di larutkan dengan 1 L air bersih.
  • Aduk merata bahan dalam ember.
  • Tutup ember dengan plastik lalu ikat erat dengan tali.
  • Letakkan ember ditempat sejuk dan kerimng, jangan sampai kehijanan dan kebasahan.
  • Setelah 3 hari buka tutup ember kalau tercium aroma manis seperti tape tutup kembali, kalau tercium aroma busuk, tambahkan 1 kg gula merah yang sudah dilarutkan dengan 1 L air kemudian tutup kembali.
  • Setelah 15 hari POC/MOL siap digunakan dengan dosis 1 gelas (250 ml) untuk 1 tengki semprot.

  • Air cuci beras berfungsi sebagai biostarter, larutan air cucian beras berisi mikroorganisme pendegrasi / pengurai yang berguna untuk menguraikan limbah organik . Pengunaan EM4 dan gula dapat mempercepat proses pengomposan. Dengan penggunaan  3 item tersebut, dapat menciptakan kualitas kompos yang baik dan aman terhadap lingkungan.   Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa MOL berhasil apabila ciri-ciri MOL berwarna putih keruh, memiliki bau seperti tapai dan memiliki pH 3 yang berarti asam akibat adanya dekomposisi bahan organik. MOL limbah sayuran diberikan pertama kali 1 minggu sebelum tanam bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dengan cara disiramkan ke tanah. Pemberian selanjutnya dengan interval 1 minggu sekali.

    Dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline