Lihat ke Halaman Asli

Pertamax...

Diperbarui: 9 Juli 2019   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bergabung tahun 2017, pertama menulis hari ini (7-9-2019). Trus selama ini kemana?

Sebuah pertanyaan yang tidak butuh jawaban dan penjelasan. Karena yang bertanya saya, dan yang harus menjawab juga saya. Karena aktivitas itu dilakukan oleh saya, maka saya tidak butuh kewajiban menjawab secara tertulis ataupun lisan. Biarlah bahasa kalbu yang bicara. Kalbu saya...

Hobby menulis itu sangat butuh penyaluran. Saya biasa menulis diblog. Tentang apa saja. Apa yang tulis di sini , juga akan saya tuangkan di blog. Itu niatnya. Kan tingal copas saja. Semuanya untuk jaga-jaga. Namanya juga blog gratisan. Takut kalau google sentimen, trus dihapus. Ilang dech jerih payah gue hehehe...

Saya bergabung dengan banyak komunitas menulis. Kebanyakan sebagai silent reader ( bukan silent rider lho yaa...). Sekalinya ikut menulis, alih-alihnya mendapat ilmu atau mendapat pahala karena berbagi ilmu, malah mendapat cacian dan bullyan. karena di komunitas-komunitas itu, selalu ada 2 kubu. Tidak ada pengakuan resmi sih, tapi itulah yang tersirat. Dan di buktikan dengan apa yang tersurat di komen-komennya.

Jika tema tulisan tentang kritik pemerintah, maka yang bersorak dan menjadi pendukung adalah #mpretter. Dan sewot dan yang pasang badan adalah #cbonger. Dan saya berada di kubu mana?

Saya berada diantara keduanya. Tergantung kepentingan. Terkadang jadi #mpreter tapi lebih sering jadi #cbonger. Tapi yang jelas, saya punya banyak hater. Padahal saya tidak populer. Jadi, kalau ada yang bilang, kamu akan punya hater kalau populer, itu tidak benar. Karena untuk memiliki hater, kita tidak perlu populer. Orang biasa, sederhana dan invisile seperti saya saja punya hater. Apalagi kalau orang itu populer, tokoh politik, di kenal orang banyak, folowernya merata-rata.... orang seperti Jokowi atau prabowo atau sebaliknya, orang seperti Prabowo atau Jokowi.

Karena itu tidak heran kalau banyak bberita hoax yang di sebar untuk menjatuhkan dan menaikan pamor mereka. Yang mendukung, akan membuat berita hoax yang menjatuhkan lawan dan menaikkan junjungannya. Itu pola permainannya sekarang. Karena itu tidak heran kalau banyak berita hoax bertebaran di mana-mana. Sepertinya, Hoax menjadi santapan rohani rakyat Indonesia dewasa ini, mereka di buat halu dengan berita yang W O W, tapi kemudian di buat malu setelah tahu kalau faktanya tidak begitu. Lalu mulailah playing victim.

Saya tidak suka berita hoax. Karena menyesatkan dan memberi harapan palsu. Apa yang membuat seorang mendukung sangat bahagia selain orang yang didukungnya kesohor dan dipuja-puja? Apa yang paling membuat lawan gembira selain melihat musuhnya tersungkur dan terhina? Hoax itu seperti obat halu, kita dibuat untuk merasa meski tidak ada apapun yang seharusnya membuat kita terasa.

Karena itu sebisa mungkin, saya ingin meluruskan berita hoax. Memang tidak mudah. Karena banyak orang yang terlibat dalam prosesnya. Ada pencipta, ada penyebar. Ada creator dan influencer. Dan karea begitu masifnya berita hoax dibuat dan sebarkan, sehingg sulit bagi kita untuk menghindar dan bersembunyi darinya. Lini masa Sosmed penuh dengan berita hoax. Segala lapisan masyarakat menjadi korbannya.

Hoax itu sangat menakutkan dan memalukan bagi siapa saja yang memiliki nurani dan kesadaran moral yang tinggi. Dan di Indonesia sekarang ini, ada banyak orang yang mengaku pandai, mengaku berakal sehat, mengaku pintar yang terlibat dalam lingkaran hoax. Baik sebagai pencipta ataupun penyebar. Hoax meracuni pikiran siapapun dan mempengaruhi pertimbangan apapun. Banyak tindakan yang di ambil sebagai akibat termakan berita hoax. Ada yang sampai mengorbankan nyawa dan harta benda. bahkan persabatan dan hubungan kekeluargaan bisa tergadai gara-gara hoax. Kalau sudah begitu, harus bagaimana?

Dan yang paling parah, ada yang mecari nafkah dengan membuat dan meyebarkan berita hoax, tanpa melihat apa dampak dan akibatnya untuk orang banyak dan dirinya sendiri. Maka oleh karena itu, marilah kita sama-sama saling mengingatkan dan menyadarkan jika ada yang termakan hoax. Mari kita ciptakan tameng atau benteng anti hoax.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline