Lihat ke Halaman Asli

MEX MALAOF

Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

"Natam Pen Sufa Ma Hau Sufa": Cara Masyarakat Dawan Mengucap Syukur kepada Alam Setelah Musim Panen

Diperbarui: 22 Oktober 2020   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanah atau Alam Sebagai Sumber Kehidupan

Tak dapat dipungkiri bahwa keberlangsungan hidup manusia di dunia ini, tidak dapat dilepas atau dipisahkan dari peran penting tanah atau alam. Tanah atau alam merupakan sumber kehidupan bagi bangsa manusia.

Dari dalam tanah, terkandung aneka kekayaan alam, dan dari atasnya, tumbuh beragam tanaman dengan subur. Oleh Allah, manusia diminta untuk mengolah dan mengusahakan semuanya itu untuk kehidupannya. Tanah atau alam merupakan anugerah Allah yang tak terbatas dan tersedia secara melimpah bagi seluruh ciptaanNya.

Sebagai manusia yang memperoleh kehidupan dari aneka kekayaan yang terdapat baik di dalam maupun di atas tanah ini, seharusnya tahu untuk menemukan cara atau jalan untuk bersyukur. Penulis yakin bahwa kelompok hidup masyarakat manapun di dunia ini, pasti memiliki cara atau jalannya tersendiri untuk itu. Hal yang sama, berlaku untuk masyarakat Dawan (atoin meto), yang menggantungkan seluruh keberadaan hidupnya pada tanah atau alam sekitarnya.

Masyarakat Dawan menyadari dengan sungguh bahwa tanpa tanah atau alam, mereka takkan bisa bertahan dan hidup di dunia ini. Maka, sejak dahulu kala, mereka senantiasa mencari dan menemukan cara atau jalan yang benar, tepat, dan berkenan guna mengucap syukur kepada alam, leluhur, dan Tuhan atas anugerah tanah atau alam ini.

Mata Pencaharian dan Persembahan Utama

Mata pencaharian utama, kelompok masyarakat Dawan yang hidup di pulau Timor adalah bertani (menanam padi, jagung, menyadap air nira untuk dijadikan sebagai minuman beralkohol atau yang disebut sopi, dan beberapa jenis tanaman selingan lainnya). Semua jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat Dawan dari tanah pertiwi ini, bersifat musiman (berumur pendek). Bukan jenis tanaman yang berusia panjang dan bertahan lama. 

Dari sekian jenis tanaman yang di tanam pada musim hujan itu, tidak semua dapat dijadikan sebagai bahan persembahan utama setelah musim panen. Hanya jagung, padi, dan sopi yang mewakili seluruh hasil panen, baik yang diusahakan oleh masyarakat Dawan itu sendiri maupun hasil panen yang memang tumbuh sendiri  dari alam (seperti: pohon lontar dan asam Jawa, yang tumbuh liar dimana-mana).

"Natam Pen Sufa Ma Hau Sufa" (Mengantar atau Membawa Bunga Jagung dan Bunga Tumbuh-tumbuhan).

Kata "Natam" dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai "mengantar atau membawa". Sedangkan "Pen Sufa", berarti "bunga jagung"  dan "Hau Sufa" berarti "bunga tumbuh-tumbuhan". Maka, secara harafiah, istilah "Natam Pen Sufa ma Hau Sufa berarti mengantar atau membawa bunga jagung dan bunga tumbuh-tumbuhan. 

Kalau dicermati dengan baik, maka akan ditemukan bahwa "Pen Sufa" (bunga jagung), dipilih sebagai persembahan yang mewakili seluruh hasil panen yang diusahakan dengan segenap tenaga, pikiran, waktu, dan seluruh diri masyarakat Dawan (padi, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, dll). Sedangkan "Hau "Sufa" (bunga tumbuh-tumbuhan), dipilih untuk mewakili seluruh jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alamiah, berbuah, dan memberikan kehidupan bagi masyarakat Dawan (lontar, asam Jawa, dll).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline