Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Duhai "Kerak Telor", Kau Gosong tapi Tetap Nyahok!

Diperbarui: 4 April 2021   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang kerak telor (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Di tengah merebaknya makanan asing, makanan tradisional kurang terlihat eksistensinya, itu faktanya. Orang kini lebih memilih antre di gerai pizza ketimbang sabar menunggu penjual Bubur Ayam Betawi lewat depan rumah. Anak-anak lebih familiar dengan fried chicken daripada kue jenang atau koci-koci yang unik itu. 

Makanan tradisional, entah itu berupa makanan utama atau kue-kue (jajan) biasanya memang terlihat sederhana dan low profile. Coba kita lihat lebih dekat kuliner Semanggi Surabaya atau Bubur Manado. Maaf beribu maaf nih, bumbu (pecel) semanggi itu terlihat seperti lumpur (comberan) begitu pula dengan Bubur Manado yang terkesan njelehi atau nggilani (malas karena menyebalkan). 

Tapi, bagaimanapun penampilan dan keadaan kuliner tradisional tadi toh kita sebagai anak bangsa wajib mencintai, mengagumi dan melestarikan keberadaannya sebagai khazanah kuliner nusantara di tengah gempuran beragam makanan asing. 

Kerak telor dalam wajan di atas tungku pembakaran (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Coba kita jalan-jalan nyambangi (mengunjungi) gemerlapnya Jakarta. Sebenarnya terdapat cukup banyak kuliner khas kota yang dulunya bernama Batavia itu. Yuk kita coba salah satunya. Aha..ada penjual kerak telor rupanya. 

Kerak telor mengingatkan saya akan nasi yang dibiarkan terlalu lama dalam rice cooker (posisi hidup / on). Nasi di bagian bawah panci rice cooker akan menjadi hangus (gosong) dan keras mengerak (membentuk "intip" = Bahasa Jawa atau kerak). 

Kerak telor sepintas terlihat sederhana karena hanya berupa makanan yang sengaja dibuat gosong dan mengerak. Meski demikian itu merupakan makanan tradisional khas Jakarta dan mendapat tempat tersendiri di lubuk hati para penikmatnya. 

Dikipasi agar matang (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Kata para penikmatnya nih, "orang boleh ngomong apa saja, yang penting kerak telor is the best". 

Dalam kenyataan di pasaran, para penjual kerak telor ada yang menggunakan bahan dari ketan tapi ada juga yang menggunakan beras (nasi). Mana yang lebih baik? 

Kabarnya, kerak telor yang dibuat dari ketan dan telur bebek rasanya akan lebih enak. Teksturnya terasa banget ketimbang yang dibuat dari gabungan telur ayam ras dan beras nasi biasa. 

Sebagai makanan tradisional, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kerak telor juga murah dan mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional sekitar tempat tinggal kita. Seperti ketan, ebi (udang yang dikeringkan), kunyit (kunir), serundeng (parutan kelapa yang dibumbui dan digoreng), garam, lada, merica dan bawang goreng. 

Pakai telur bebek lebih nyahok (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Ketan yang dimasukkan terlebih dulu dimasak hingga kering tanpa menggunakan minyak. Lalu, bumbu dan bahan lainnya dimasukkan menjadi satu bersama ketan. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline