Lihat ke Halaman Asli

simaulss

Pengamat Lintas Ruang

Apa Salahnya ke Mana-mana Sendirian?

Diperbarui: 3 Oktober 2021   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi traveling sendirian. (sumber: anyaberkut via kompas.com)

Sebagian dari kita cenderung lebih milih beraktivitas di luar rumah asal ada temennya. Lebih semangat kalo ada yang nemenin, lebih antusias kalo ada barengan. 

Entah karena memang temen kita ini punya urusan yang sama ataupun sekadar buat ngusir kesepian lewat bahan obrolan biar kita ga planga-plongo atau pake alasan trendnya, kemana-mana harus ada temen itu biar bisa bikin konten bareng yang nantinya bakal diposting ke instagram or tiktok. 

Kalo ga ada yang nyertain, rasanya mager atau nyari seribu alasan buat tetep di rumah. Ga semuanya sih, tetapi biasanya ini bener. Apalagi untuk urusan yang bisa ditunda, ga mendesak atau ga penting-penting banget, keluar rumah tanpa temen itu ngemalesin.

Siang ini tadi, aku makan di luar, di tempat yang  boleh dikatakan cukup mewah dan bergengsi xixi. Ini memang sudah aku niatkan jauh hari, pastinya juga masuk  rencana anggaran. Itu makanya, aku berani pesan makanan di tempat ini. 

Yaa, hitung-hitung sebagai self reward atas rutinitas harian yang menjenuhkan. 

Nah, ke tempat itu, aku sengaja berangkat sendirian dan makan di tempat, bukan take away. Alasannya, ya suasana luar itu meskipun aslinya riuh, tapi bisa jadi pelepas dahaga bagi orang yang hari-harinya ngeliatin tembok rumah terus. 

Lalu lalang orang kesana kemari bawa urusannya masing-masing itu, kadang jadi potret mendalam bagiku. Maksudku, yang begitu tuh ga sekadar yang terlihat aja. Tapi berisi pesan kalo mau direnungi, kalo sempat juga sih soalnya kan sambil nyetir. 

Ini, maksudku, memandangi sesuatu yang jarang dipandang, kusebut juga berfungsi sebagai peluntur rasa jenuh. Soalnya gini. 

Tiap weekend itu kawasan wisata puncak di Bogor rame terus. Pengunjungnya, hampir dipastikan semuanya berdomisili di jabodetabek, yang rutinitas pekerjaannya di gedung perkantoran. 

Artinya, mereka memburu kawasan puncak untuk berlibur karena pengen dapetin suasananya: asri, tenang, sejuk, menyegarkan. Kontradiktif dengan pandangan rutinitas harian mereka saat bekerja yang jalanannya padat,  berulang, lingkungannya kurang segar untuk dipandang apalagi dihirup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline