Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Seberapa Penting Program Guru Penggerak di Era Digital?

Diperbarui: 8 April 2025   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru penggerak|sumber foto: https://tirto.id

Guru penggerak dipandang penting bagi kemajuan bangsa. Mereka ibarat motor penggerak yang menggerakkan roda pendidikan. Konon katanya, program guru penggerak berhasil merubah wajah pendidikan ke arah lebih baik.

Isu penghapusan guru penggerak oleh Kemendikdasmen memicu dua alur opini. Mereka yang pro pada program guru penggerak, merasa dirugikan atas keputusan sepihak. 

Sementara golongan yang berseblahan menyambut baik keputusan ini. Lantas, tepatkah langkah penghapusan program guru penggerak?

Kontribusi Guru Penggerak

Program guru penggerak bertujuan melahirkan calon pemimpin pembelajaran. Guru-guru yang lolos menjadi guru penggerak diharap mampu merubah wajah pendidikan.

Jika melihat tujuan awal terciptanya guru penggerak, maka jelas mengarah pada perbaikan kualitas pendidikan. 

Indonesia membutuhkan lebih banyak sosok guru inovatif dan kreatif. Guru penggerak mungkin saja mewakili dua kriteria ini.

Saya mendukung program guru penggerak. Tapi, juga mempertanyakan sejauh mana kontribusi guru penggerak dalam lingkup sekolah dan masyarakat.

Kita tahu bahwa arah kurikulum seringnya mengikuti arah kepentingan politik. Dengan kata lain, kepemimpinan baru merefleksi kebijakan baru pula. 

Belum tuntas satu program, muncul program baru. Masing-masing berorientasi pada tujuan berbeda. Jika demikian, bagaimana rakyat menilai kontribusi program guru penggerak?

Saya ingin memberi sebuah ilustrasi untuk menilai kontribusi.

Bayangkan sebuah supermarket adalah sekolah. Jika saya ingin mendapatkan profit besar dari penjualan, apa yang bisa saya lakukan?. Satu alternatif adalah mengupgrade ilmu karyawan. Oleh karenanya, saya menyeleksi beberapa karyawan untuk dilatih menjadi individu kreatif dan inovatif. 

Harapannya agar mereka mengambil inisiatif tanpa harus selalu diarahkan. Selesai masa pelatihan, karyawan ini harus mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh. Saya bisa memantau mereka dan melihat sejauh mana pelatihan yang didapat merubah pola interaksi dan komunikasi mereka bersama pembeli. Semua bermuara pada pendapatan supermarket pada kurun waktu tertentu.

Jika tanggapan pembeli buruk dan pendapatan supermarket relatif sama, apakah pelatihan karyawan layak dihentikan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline