Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Indra

TERVERIFIKASI

Swasta

Twit Kalap Felix Siauw, Playing Victim?

Diperbarui: 17 Juli 2020   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fatih Karim, Felix Siauw dan Baim Wong | Channel Youtube Baim Paula

Narasi iblis: "Aku lebih baik darinya, aku dari api, dia dari tanah". Narasi fanboy-nya iblis zaman now: "Kami lebih baik dari mereka, yang bener cuma kami, selain kami nggak nasionalis, nggak Indonesia, nggak Pancasila, nggak Islami, nggak ngerti Al-Qur'an". Kalah si iblis

Ada yang menggelitik dari twit Felix di atas. Ia yang selama ini dikaitkan dengan gerakan politik transnasional, Hizbut Tahrir, seolah mencoba menampik tuduhan "tak Pancasilais, tak Islami atau tipis pengetahuan agama". 

Pesona Felix di Atas Mimbar

Bagi sebagian kalangan, ketertarikan terhadap figur pemuda ini tak pelak bermula dari kepiawaiannya dalam membawakan tema agama dalam ceramahnya.

Setidaknya satu atau dua kali saya pernah mengikuti ceramah Felix secara langsung. Saat itu ia diundang oleh ta'mir mushalla di gedung tempat kantor saya berada. Felix memang piawai dalam membawakan materi. Kalimat-kalimatnya runtut mengalir tanpa aral. Enak didengar dan tak membosankan. 

Selain Felix, sang mentor pun pernah beberapa kali menjadi pemateri. Dia adalah Fatih Karim, sang founder Cinta Quran. Mirip dengan Felix, gaya ceramahnya pun enak, meski cara bicaranya tak sekilat Felix. Pantas saya figur-figur seperti mereka memikat banyak orang terutama kaum muda. Termasuk selebriti dan Youtuber kenamaan tanah air, Baim Wong.

Belakangan, aktor 39 tahun itu sampai bersumpah bahwa dirinya tak terkait dengan ormas yang sudah diberangus pemerintah itu. Hal itu dilakukannya demi meredam gejolak netizen yang bersuara sumbang saat dirinya menayangkan postingan bersama Felix Siauw di channel Youtube-nya.

Playing Victim ala Felix Siauw

Kembali ke kicauan Felix. Sekilas kalimat itu fine-fine saja. Tak ada masalah, hanya sebuah kritikan yang ditujukan kepada pihak lain yang dianggap memonopoli kebenaran. Paling atau lebih Indonesia, lebih Pancasilais dan lebih Islami. Namun ada hal yang tak boleh dilupakan Felix. 

Yakni bahwa kalimat yang dituliskannya itu juga layak disematkan kepada orang-orang yang selama ini berjalan beriringan dengan dirinya. Mereka yang selama ini secara nyata menisbatkan diri sebagai kaum terislami yang menganeksasi kebenaran dan menggunakannya dalam gerakan yang disengaja atau tidak sengaja pekat akan muatan politik. Sebagaimana Hizbut Tahrir (di) Indonesia (HTI), organisasi berbaju ormas yang menyembunyikan agenda politiknya. 

Perlawanan terhadap para penggiat khilafah --bukan hanya Hizbut Tahrir (HT)-- kerap dianggap sebagai sebuah gerakan yang mbalelo terhadap perintah Tuhan. 

Mendirikan khilafah dinilai sebagai sebuah kewajiban yang disetarakan dengan kewajiban mahdhah semisal shalat, zakat atau haji. Munculnya perbedaan pendapat mengenainya lalu dialamatkan kepada para sekuleris, liberalis dan sejenisnya. Padahal nyatanya jauh panggang dari api. Penolakan terhadap tafsiran wajibnya khilafah ala Hizbut Tahrir pun muncul dari kalangan islamis lain. Catat, "kalangan islamis lainnya". Tapi inilah Indonesia, kita harus menerima kenyataan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline