Lihat ke Halaman Asli

David Efendi

Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

1 Desa 1 Mall, Tak Bisa Atasi Masalah Kemiskinan di Jogja

Diperbarui: 10 April 2016   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul tulisan berantai ini dibuat agak Dramatis~hipernbolik, " desa, 1 mall, DI Yogyakarta Tetap jadi "propinsi miskin", semoga pesan utama dari tulisan ini kena sasaran yang hendak ditembaknya. Namun karena ada perubahan Redaksional maka judul jadi, "1 desa 1 mall, Tak bisa atasi masalah kemiskinan di Jogja.". Serupa tapi tak Sama.

Seorang Teman Facebook agak kesel dengan kampanye moral yang dilakukan oleh secuil manusia bernama Urban Literacy Campaign (ULC). Dasar ULC ini tukang iyik sebab apa apa dikomentari diplesetkan kayak dunia ini buram gambarnya mulai dari pagar batas di jalan malioboro yang dibilang jemuran terpanjang se asia, hotelisasi yang jadi kebun binatang, Rencana mall di Bantul yang disumpahserapai dan Terakhir iklan danone aqua yang memvandal ruang publik~Taman Pintar milik publik Tak Boleh Dipakai Pencitraan penjahat lingkungan oleh korporasi jualan air (air rakyat Kok dijual).

Super iyik, maka akhirnya terjadi aialog sengit beberapa hari. Argumen data apa pun gak bisa saling menaklukkan.

Fatkhan:....Urban Literacy Campaign skrg pemikiran anda apa buat ngurangi pengangguran..apa anda bs ngasih kerjaan sama org yg msh nganggur..org yg baru lulus. (Pertanyaan sarjana baru, agak aneh tapi gak APA APA INI Anggap Aja kenyataan sosial: APA ULC INI dianggap pjtki?)

ULC:(pening tapi Mesti dijawab dong, walau sombong dikit). Mari dimulai dengan mendidik masyarakat. Saya guru jadi sedang Melakukan upaya....(Moga INI jawaban tidak parah Amat). Bangun satu mall satu desa, APA bisa selesaikan problem kemiskinan dan pengangguran? Jogja Sudah Punya banyak mall, angka kesenjangan sosial ekonomi Tak berkurang....piye butuh data dab?

Salah satu masalah di negeri ini adalah pertumbuhan ekonomi yang kurang berbobot. Capaian pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati segelintir kelas menengah yang kaya. DATA TAHUN 2013 menunjukkan DIY adalah propinsi dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi ke dua di Indonesia dibawah Papua dengan indeks 0.439. Papua 0.442 dan rata rata nasional 0.413. Ini masalah serius bagi pembangunan DIY.

Perkembangan kesenjangan di DIY yang dicerminkan oleh indeks GINI antara tahun 2008 sampai 2013 adalah antara 0.36 pada 2008 dan menjadi 0.439 tahun 2013. Hanya sempat turun tahun 2011 menjadi 0.41 selebihnya naik terus. Hal ini dikonfirmasi angka kemiskinan di DiY pada september 2013 mencapai 15.03% alias tertinggi di pulau Jawa.

Kalau yang diperhatikan sekedar pertumbuhan ekonomi ya nggak masalah ada berapa banyak pun mall. Tapi kalau masalah kesenjangan jadi perhatian maka kehadiran mall memang jadi masalah. Dan Jogjakarta kesenjangan sosialnya sangat tinggi.

Jadi, walaupun tiap Hari bangun toko modern atau supermarket/ mall tidak akan banyak membantu DI Yogyakarta keluar dari jebakan kemiskinan pendapatan atau index kesenjangan akses sumber kesejahteraan. Paham? Tak paham juga tidak apa~apa yang penting Hidup.

Seorang kurator sholeh, FAS (2016), menuliskkan bahwa kepala Daerah yang mau bangun ekonomi masyarakat lewat mall, hotel, atau swalayan berjejaring sebenrnya hanya mmprbsar penindasan dan kekerasan kapitalisme global hingga ke daging komunitas. ijtihad ekonomi-politiknya sharusnya lbih kritis. Kawan, yanh namanya kemajuan ekonomi itu bertumpu pada kelansungan hidup komunitas yg paling rentan. masa' dimulai dari komunitas middle-class sebagaimana yang banyak dipake dalam nalar "segmentasi" KaRena itu mitos sharing ekonomi yg dibayangkan oleh banyak orang bagai kemajuan.

So, Ayo mengaji eh...Ayo menyanyi Dulu:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline