Lihat ke Halaman Asli

David Efendi

Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

Mencintai Warung Tetangga itu Ibadah

Diperbarui: 5 April 2016   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Poster Gerakan Belanja di Warung tetangga by Arya"][/caption]Dengan berharap mendapat banyak komentar catatan ini diberikan judul setengah religius yaitu "Mencintai warung tetangga itu ibadah".

Seperti catatan Alhafiz Atsari dalam blognya yang selalu inspiratif dikatakan bahwa dari bawa pohon mangga di alun-alun kidul jogjakarta melahirkan banyak ide yang unik seputar isu sosial budaya, politik, pendidikan sampai pada antropologi kuliner Nusantara. Banyak juga ide dan apresiasi atas gerakan gerakan sosial dan tindakan tindakan kreatif perlawanan.

Gagasan small act of kindness menyembul dari ruang kenyataan yang dilakoni saban minggu pagi di alkid dalam dunia akses buku pinjaman untuk siapa pun, kapan pun tanpa syarat. Tindakan sederhana ini memunculkan banyak hasrat berbuat baik termasuk ingin menjadi bagian dari komunitas yang pro terhadap keadilan, otonomi, kebebasan, dan kemanusiaan.

Banyak kisah-kisah petualangan seru telah diramu banyak penulis di laman Rumah Baca Komunitas yang menjadi arsip nafas komunitas: tentang bagaimana daya tahan dijaga dan dirawat bersama, tentang cara membahasakan penghargaan atas sesama.

Pagi yang cerah. Sejak pagI sudah gembira menyambut pagi. Hari minggu 3 April sekumpulan manusia kalibedog sudah asik bercengkerama dengan sesama pegiat, pengunjung, peminjam, dan dengan masing masing buku yang menjadi proyek Bacaan minggu pagi.

Lupet pegiat literasi lintas Madzab mencatat dengan apik pikiran terangnya demikian:

"Dari perawakannya ia masih usia sekolah dasar. Datang ke lapak perpustakaan jalanan Rumah Baca Komunitas bersama ayah dan adiknya. Adiknya sibuk sendirian membaca, ia sibuk memilih-milih buku yang ingin dipinjam, dibawa pulang untuk dikudap. Tak tanggung-tanggung jumlah buku yang dipinjamnya, tujuh buku. Salah satunya berjudul Pendidikan Ala Warung Pojok. Dilihat dari sampulnya dan sekilas saya baca isinya itu buku yang "serius", rasa-rasanya lebih cocok dibaca oleh orang dewasa. Untuk anak seumurannya itu bacaan yang barangkali tak lazim.

Usai olahraga pagi bersama ayah dan adiknya di alun-alun Kidul. Mampir ke Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas, Tata , nama anak kecil itu, pulang ke rumah membawa buah tangan yang menyehatkan. Mengudap buku-buku itu, Tata terselamatkan dari televisi, dari bombardir iklan makanan dan minuman ringan dan properti. Membayangkan minggu pagi Tata adalah membayangkan minggu pagi yang sehat untuk anak-anak."

Catatan tersebut, seperti biasa, diunggah di laman FB pribadinya dan seperti yang sudah-sudah, Catatan pendek ini mendapat puluhan like, shared, dan komentar. Dalam Dan menyentuh itulah yang mengasikan dari catatan pemuda yang kerap dilabeli sebagai Goenisme~ pengikut gunawan Muhammad. Jangan prasangka dulu ya.

Ada yang asik selain menceritakan keluarga pelanggan lapak perpustakaan jalanan RBK di atas yaitu seputar gerakan belanja di warung tetangga atau penolakan atas dominasi pasar modern yang telah membuat banyak keresahan sosial dan huru hara di dunia "kenyataan baru" (baca:social media). Ini mengundang kreatifitas untuk menjadi bagian dari gerakan positif tersebut.

Pada jam yang sama dengan perpustakaan jalanan di alun-alun kidul sebenarnya juga sedang berlangsung gerakan jumiral di pasar tradisional gamping yang diinisiasi mahasiswa UMY dan juga melibatkan beberapa mahasiswa kampus lain di sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline