Lihat ke Halaman Asli

Tempe ber "kutu-air" perlukah dipatenkan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

 

Setiap pulang ke tanah air tercinta, yang saya idamkan pertama kali adalah tempe. Entah kenapa tempe bagi saya adalah makanan menggiurkan. Apalagi jika dimakan dengan sayur lodeh, nasi yang hangat dan sambel terasi… Mantap Rasanya.

 

Selain karena tempe adalah barang ‘mewah’ (karena mahal tentunya), tempe yang diproduksi di Negara kincir angin ini beda rasanya dengan tempe yang dijual di pasar pasar tradisional di Indonesia. Padahal disini konon katanya pembuatan tempe jauh lebih higienis, namun kenapa justru rasanya kurang mantap dan sedap?

 

Waktu kumpul dengan teman-teman, hal ini pernah kita bahas mengenai.Setelah melalui perdebatan yang panjang (bukan debat kusir ternyata) disimpulkan bahwa keenakan tempe yang dijual di Indonesia adalah karena cara pembuatannya. Dari penuturan teman-teman didapatkan informasi bahwa di negara tercinta tempe dibuat dengan cara manual (diinjak injak dengan kaki), sementara disini tempe dibuat menggunakan mesin.

 

Lebih lanjut dari penuturan teman teman, justru sedapnya tempe di Indonesia adalah karena bercampurnya adonan tempe dengan kaki manusia (yang konon katanya terdapat kandungan “kutu air” he he he). Apakah begitu? Saya sendiri belum pernah melihat bagaimana cara produksi tempe. Bagaimana menurut anda? Nah jika memang begitu, kiranya patut dipatenkan cara produksi ber”kutu-air” biar tidak ditiru negara tetangga yang sering mengklaim produksi Indonesia. Bravo!

 

Nijmegen, Oktober 2008

Mas Pink

 

Gambar: www.bisnisukm.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline